MERCUSUAR.CO, Purbalingga – Kabupaten Purbalingga banyak menyimpan sejarah perjuangan sepanjang perjalanan merebut dan mempertahankan kemerdekaan di tanah air Indonesia. Hal ini terungkap dalam diskusi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kedai Kopi Pojok, Purbalingga, (30/8/2023) malam.
“Selama ini sebagian besar masyarakat tahunya perang untuk mempertahankan kemerdekaan hanya terjadi di kota-kota besar, seperti Yogyakarta dengan Serangan Umumnya, Surabaya dengan 10 Novembernya, atau Bandung dengan lautan apinya. Padahal, Purbalingga juga menjadi palagan perang yang tidak kalah sengitnya oleh para pejuang yang tidak rela tanah airnya dijajah,” ujar Gunanto Eko Saputro saat diskusi yang diadakan oleh Historia Perwira, Purbalingga.
Bang Igo, sapaan Gunanto Igo Saputro juga menjelaskan, dalam perlawanan’ mempertahankan kemerdekaan, para pejuang dari Kabupaten Purbalingga juga bahu membahu angkat senjata melawan penjajah pada Agresi Militer I dan II.
Sejumlah ilustrasi dipaparkan Bang Igo, ia mencontohkan pertempuran yang terjadi di Blater, kecamatan Kalimanah, yang kemudian ditandai dengan dibangunnya tugu Blater. Kemudian para pelajar yang tergabung dalam IMAM (Indonesia Merdeka Atau Mati) mengamuk di Lamuk, Kecamatan Kaligondang. Bobotsari juga menjadi lautan api, banyak tanah dibakar.
“Padamara juga membara menentang Belanda. Perlawanan juga terjadi di Sinduraja dan Gunungwuled. Bahkan Ada kesatuan bernama Barisan Bengseng Soeci, sebuah kesatuan yang terdiri dari mantan narapidana juga turut angkat senjata di Purbalingga” ujarnya.
Di daerah Karangmoncol, tepatnya di desa Pepedan terdapat monumen Siliwangi, dimana pasukan tentara Siliwangi kalang kabut diserang Belanda di tepi sungai Gintung.
Dalam keterangannya, Bang Igo juga mengatakan, dalam sejarah kemerdekaan, Kabupaten Purbalingga melahirkan banyak tokoh kemerdekaan, diantaranya Jenderal Besar Soedirman, Mayjend Soengkono, Kapten Sarengat, Lettu Kuseri, Camat Pujowiyoto, Lurah Arsawikrama dan lainnya.
Selain Bang Igo, hadir juga sebagai narasumber Budayawan Agus Sukotjo, Sejarawan Ganda Kurniawan. Ganda Kurniawan mengatakan referensi sejarah bahwa pasukan Belanda yang datang ke Kabupaten Purbalingga pada Agresi Militer I dan II berasal dari Brigade V. Mereka masuk ke Purbalingga lewat jalur pemalang, Bobotsari lalu sampai di Purbalingga.
“Oleh karena itu, banyak pertempuran pada agresi militer memang terjadi di Bobotsari. Perlengkapan senjata Belanda juga menjadikan pejuang kita seringkali kewalahan sehingga Purbalingga berhasil dikuasai,” katanya.(Angga)