MERCUSUAR.CO, Jakarta – Pendeta terkenal, Gilbert Lumoindong, menjadi sorotan selama liburan Lebaran kali ini karena kontroversi yang diakibatkannya.
Sebagai figur agama Protestan yang memiliki banyak pengikut, dia seringkali menjadi pusat perhatian karena pernyataannya yang kontroversial.
Gilbert Lumoindong memiliki pandangan bahwa dirinya selalu benar dan orang lain salah, sikap ini telah menjadi ciri khasnya.
Baru-baru ini, sebuah lelucon yang dibuat oleh Gilbert Lumoindong tentang zakat dan salat menjadi viral di media sosial.
Hal ini sangat sensitif karena lelucon tersebut menyinggung keyakinan umat Islam.Pernyataan tersebut disampaikan oleh Gilbert Lumoindong saat khotbah.
Awalnya, Gilbert Lumoindong mengkritik zakat sebesar 2,5 persen dari harta untuk mensucikan harta.
“Dalam Islam, sebelum melaksanakan salat, semuanya harus dibersihkan. Saya katakan kepada kalian bahwa itu dua setengah persen. Saya memberikan 10 persen, bukan karena saya kotor, tetapi karena saya telah disucikan oleh darah Yesus,” katanya, yang disambut dengan tawa oleh jemaat Protestan.
Selain itu, Gilbert Lumoindong juga mengkritik salat yang menurutnya lebih sulit daripada ibadah dalam agamanya.
Menurutnya, dalam agamanya, saat hendak beribadah, umatnya hanya membersihkan diri sekali seminggu, tidak seperti dalam Islam yang selalu membersihkan diri sebelum beribadah. Ibadah dalam agamanya juga dianggapnya tidak menyulitkan karena hanya berdiri, bernyanyi, dan bertepuk tangan.
“Sementara kita memberikan 10 persen, itulah mengapa ibadah kita hanya berdiri dan bertepuk tangan dengan santai, tidak seperti itu,” katanya.
Sementara dalam Islam, ibadahnya dianggap sebagai pengorbanan yang besar. Karena leluconnya yang sangat sensitif, Pendeta Gilbert Lumoindong mendapat kecaman dari banyak pihak. Untuk meredakan kontroversi tersebut, Gilbert Lumoindong segera bertindak cepat dengan mengunjungi Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 sekaligus Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla (JK), untuk meminta maaf kepada umat Islam.
“Dengan penuh kerendahan hati, saya meminta maaf atas kehebohan yang terjadi,” kata Pendeta Gilbert Lumoindong sambil tertunduk dan menjabat tangan JK.
Gilbert Lumoindong menjelaskan bahwa pernyataannya tentang zakat dan salat sama sekali tidak bermaksud untuk menghina agama Islam. Dia mengaku tumbuh besar di lingkungan Muslim dan belajar agama Islam saat sekolah dasar.
Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa tidak ada niat sedikitpun dari dirinya untuk sengaja merendahkan ajaran Islam.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa ceramahnya itu bersifat internal dan tidak ditujukan untuk umum.
“Tetapi karena ada dua jemaat, yaitu jemaat gereja dan jemaat online, maka ceramah tersebut secara otomatis ada di YouTube kami. Namun jelas tertulis sebagai ibadah Minggu. Jadi, sama sekali tidak dimaksudkan untuk umum,” ungkap Pendeta Gilbert Lumoindong.
JK menyatakan bahwa dia telah mengingatkan Gilbert Lumoindong untuk saling menghargai satu sama lain.
“Dalam Islam, ayatnya adalah ‘lakum dinukum waliyadin’, agamamu untukmu dan agamaku untukku. Kita harus saling menghargai tanpa saling mengkritik atau menghina,” ujarnya.
JK menambahkan bahwa dia bertindak sebagai perantara untuk membantu klarifikasi Gilbert Lumoindong atas pernyataannya yang menimbulkan kritik dari berbagai pihak.
Dia juga mengingatkan akan beberapa kasus terkait masalah agama di beberapa wilayah di Indonesia yang berujung pada konflik.
“Kita harus menyelesaikan dan meredakan sebelum menjadi lebih besar. Gilbert telah meminta maaf, dan Islam adalah agama yang penuh pengampunan, jadi jangan mengulanginya lagi. Itu sebabnya saya melakukan ini,” ujar JK.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis, juga memberikan tanggapannya terhadap ceramah Pendeta Gilbert Lumoindong.
Cholil Nafis mengimbau kepada semua pihak, termasuk pemuka agama, untuk saling menghormati agama satu sama lain.
“Setiap umat beragama memiliki kewajiban untuk menjaga kehormatan agamanya sendiri dan juga agama orang lain,” kata Cholil Nafis.
Cholil menekankan pentingnya saling menghargai dan menghormati antara sesama umat agar masyarakat tetap hidup dalam kedamaian dan persatuan. Namun, ketika ditanya apakah MUI akan membawa masalah ini ke ranah hukum, Cholil tidak memberikan komentar.
“Kehidupan yang damai atau penegakan hukum harus dilakukan demi keutuhan bangsa,” katanya.
Cholil Nafis juga mempertanyakan apakah pernyataan Gilbert Lumoindong itu dilontarkan sebagai bercanda atau serius. Jika memang serius, menurut Cholil, maka apa yang disampaikan oleh Gilbert adalah keliru.
Sebagai seorang pemuka agama, Cholil berpendapat bahwa membandingkan ajaran agama sambil merendahkan agama lain adalah tidak pantas.
Menurutnya, hal tersebut dapat merusak kerukunan antar umat beragama.
“Membandingkan ajaran agama sambil merendahkan agama lain tidak pantas diucapkan. Ini dapat memecah belah kerukunan umat,” tegas Cholil.