Pelonggaran Harus Diikuti Pengetatan Prokes, Menyambut Para Pelancong

19 I Malioboro
Mercusuar/Dok - Jalan MAlioboro.

MERCUSUAR.CO, Yogyakarta – Epidemiolog UGM, dokter Bayu Satria Wiratama MPH menyarankan pelonggaran di beberapa tempat harus diikuti dengan pengawasan disiplin 5M dan pemantauan yang datang ke ruang publik.

Pasalnya, jika pelonggaran dilakukan tanpa pengawasan, risiko besar terjadinya lonjakan kasus.

“Siapa saja yang memasuki ruang publik termasuk objek wisata, pengunjung atau staf setempat, wajib menjalankan 5M minimal masker, menjaga jarak dan cuci tangan. Pengelola tempat harus memantau minimal suhu dan gejala lainnya,” tandas Bayu.

Selain itu ia minta supaya mereka yang berkunjung ke ruang publik harus sudah menjalani vaksinasi.

Pengelola ruang publik perlu berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat agar ketika ada kasus yang terdeteksi bisa segera ditangani.

Bayu juga menanggapi keramaian di sejumlah tempat dipicu edukasi yang kurang tepat terutama mengenai vaksin.

Mereka merasa aman sudah divaksin sehingga cenderung lepas masker atau tidak disiplin 5M.

Padahal proteksi vaksin tidak 100 persen untuk penularan namun lebih melindungi dari Covid-19 yang sedang dan berat.

Epidemiolog lain dokter Nur Subagyo HS mengatakan risiko pasti ada usai vaksinasi.

Ia minta masyarakat tetap menjalani protokol kesehatan secara ketat.

Menurutnya masyarakat harus mendapat edukasi bahwa Covid-19 akan menjadi penyakit endemis, akan selalu ada sepanjang waktu, dalam beberapa tahun ke depan.

”Protokol kesehatan menjadi salah satu budaya masyarakat yang harus terus dijalankan olehs iapa saja. Ini kuncinya,” tandas Nur.

Ia menilai kejadian beberapa hari terakhir ini bukan pelonggaran tetapi aktivitas yang diperbolehkan dengan syarat menjalani protokol kesehatan.

Masker akan menjadi salah satu kebutuhan wajib di era sekarang dan bisa menjadi tren aksesoris busana baru.

”Sekarang sudah saatnya hidup berdampingan dengan Covid-19, jalani dan patuhi protokol kesehatan guna mencegah terkena penyakit. Kita tidak akan bisa mengenyahkan virus seperti halnya penyakit lain yang masih ada di Indonesia antaran lain DBD, TB, campak, cacar air dan lainnya,” pungkasnya.

Pos terkait