3 Pelaut Muslim yang Dikenal dalam Sejarah Dunia

sejarah islam

MERCUSUAR.CO, – Ilmu nautika atau kelautan telah menjadi keahlian para pelaut Muslim jauh sebelum penjelajah Eropa mengelilingi dunia. Para navigator Muslim telah memberikan kontribusi luar biasa dalam mengembangkan ilmu pelayaran.

Pentingnya peran pelaut Muslim dalam perkembangan nautika terbukti dengan pengakuan dari pelaut Barat terkenal seperti Christopher Columbus dan Vasco Da Gama. Mereka mengakui bahwa mereka berhutang budi pada pemikiran dan jasa-jasa pelaut Islam yang menakjubkan.

Berikut beberapa nama pelaut Islam yang diakui karena kapasitas dan kontribusinya dalam dunia pelayaran.

Pelaut Muslim Ibnu Majid

pelaut
Pelaut muslim Ibnu Majid

Pelaut Muslim yang dijuluki ‘Sang Singa Laut,’ Ibnu Majid, lahir dalam keluarga pelaut terkemuka yang memiliki keahlian dalam Laut Merah. Julukannya oleh Portugis adalah al-Malande atau al-Marante, yang berarti “Raja Laut.” Dalam catatan Vasco da Gama, Ibnu Majid diketahui memiliki pengaruh besar, memungkinkannya melakukan pelayaran dari Tanjung Harapan di Afrika Utara hingga ke India.

Di Institut Studi Ketimuran, Leningrad, terdapat manuskrip berbahasa Arab karya Ibnu Majid, berisi tiga bait puisi. Puisi tersebut memberikan petunjuk penting mengenai pelayaran, termasuk melintasi Laut Merah dan Samudra Hindia. Manuskrip tersebut menjadi kunci vital bagi orang-orang Portugis untuk melintasi Samudra Hindia berkat pengetahuan Ibnu Majid tentang ombak dan angin yang kencang.

Ibnu Majid tidak hanya memberikan panduan pelayaran, tetapi juga menyediakan informasi berharga tentang laut. Pengetahuannya mencakup jarak tempuh antar lokasi, arah angin, kondisi medan, dan fasilitas-fasilitas yang tersedia. Dalam hal ini, Ibnu Majid dilihat sebagai seorang guru dalam seni pelayaran.

Tidak hanya sebagai pelaut ulung, Ibnu Majid juga dikenal sebagai pakar di bidang pemetaan, astronomi, dan geografi. Karyanya dalam bidang tersebut diterbitkan dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, menjadi referensi bagi sarjana-sarjana dari dunia Arab, dunia Islam, dan bahkan Barat.

Ibnu Battuta

Pelaut
Pelaut muslim Ibnu Batutta

Ibnu Battuta, lahir pada tahun 1304 M di Tangier, Maroko, merupakan seorang penjelajah ulung yang terkenal. Sejak kecil, ia memiliki ketertarikan pada petualangan pelayaran. Ia mencatat prestasi luar biasa dengan menempuh jarak sekitar 72 ribu mil melintasi lautan dan daratan, melampaui pencapaian Marco Polo dan penjelajah lain pada zamannya.

Perjalanan hidup Battuta dimulai pada usia 21 tahun ketika ia memulai perjalanan ibadah haji. Menempuh rute berjalan kaki, ia menyusuri pantai Utara Afrika, melewati Aljazair, Tunisia, Tripoli, Alexandria, Kairo, Jerusalem, Damaskus, Madinah, dan Makkah. Setahun kemudian, ia menjelajah Iran dan Irak, kembali lagi ke Makkah untuk ibadah haji kedua, dan tinggal setahun di sana.

Battuta melanjutkan perjalanan ke pantai Timur Afrika, Tanzania, Somalia, dan pantai Afrika Timur. Ia kembali ke Aden, lalu ke Oman, Persia, dan Pulau Dahrain. Di Persia, ia mengunjungi Baghdad sebelum kembali ke Makkah pada tahun 1332. Perjalanan berlanjut ke Asia Kecil dan Asia Tengah, melewati Anatolia, Turki Asia, Konstantinopel, dan Afghanistan.

Dari Sungai Volga, Battuta menembus Afghanistan, Kabul, dan Delhi, India pada tahun 1334 M. Pada 1342, ia diutus sebagai Duta Besar ke China oleh sultan Delhi. Pada tahun 1346, setelah empat tahun perjalanan darat dan laut, ia kembali ke Tangier, Maroko, pada usia 44 tahun.

Ibnu Battuta menetap di Kota Fez pada tahun 1354 dan berteman baik dengan sultan. Sang Sultan meminta Battuta untuk menuliskan pengalaman perjalanannya dalam buku yang dikenal sebagai Rihla atau My Travel. Buku ini menjadi pegangan bagi para pelaut sebelum berlayar ke tempat-tempat yang dijelajahi oleh Battuta.

Piri Reis

pelaut muslim
Pelaut muslim Piri Reis

Piri Reis, seorang laksamana berani kelahiran 1465 M di Gallipoli, Turki, tumbuh dalam lingkungan pesisir yang memengaruhi minatnya pada kelautan. Bergabung dengan pamannya, Laksamana Kemal Reis, sejak usia 12 tahun, ia mengasah pengetahuannya selama 14 tahun.

Meskipun masih muda, Piri memiliki pengetahuan yang mendalam. Bergabung dengan Angkatan Laut Kesultanan Usmani pada 1494 M bersama pamannya, Kemal Reis, ia tetap di bawah komando sang paman dan menunjukkan keahliannya di laut lepas.

Piri tidak hanya ahli dalam berlayar, tetapi juga menciptakan karya monumental. Pada 1513, ia menciptakan peta dunia yang memetakan Laut Atlantik dan pantai-pantai Eropa, diberi nama I-Bahriye.

Dalam perintah memimpin pasukan Usmani melawan Mesir pada 1516 M-1517 M, Piri berlayar ke Kairo melalui Nil dan menggambarkan peta wilayah tersebut. Setelah Mesir bergabung dengan Kesultanan Usmani, Piri membangun hubungan dengan Sultan Yavuz Selim, memperlihatkan peta hasil karyanya.

Bersama pamannya, Piri mengalami pertempuran melawan pasukan Venesia pada 1520 M, yang dimenangkan oleh Usmani. Kegembiraan berubah menjadi duka saat pamannya, Kemal Reis, gugur. Piri diangkat menjadi laksamana untuk menggantikan posisi pamannya.

Meskipun sibuk, Piri melengkapi peta-petanya. Pada 1528 M-1529 M, ia memetakan wilayah Barat Daya Atlantik, memberikan kontribusi besar bagi ilmu pengetahuan, terutama Geografi dan Nautika. Piri Reis menjadi inspirator bagi kemajuan umat manusia di bidang kelautan dalam peradaban Islam.

Pos terkait