Pakar Komunikasi Unpad: Media Sosial Hancurkan Nilai Kemanusiaan

media sosisal

MERCUSUAR.CO, Bandung – Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Prof Deddy Mulyana PhD mengatakan media sosial dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Gejala-gejala ini sudah lama terlihat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Prof Deddy mengatakan fenomena ini diperkuat temuan riset di Amerika Serikat pada 2009 ketika media sosial Facebook dan Twitter tengah populer.

Hasil riset tersebut memprediksikan dua media sosial tersebut dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.

“Gejala-gejala ini sudah lama terlihat di seluruh dunia, termasuk di negara kita,” katanya saat diskusi “Satu Jam Berbincang Ilmu-Komunikasi Antarbudaya di Era Digital: Tantangan dan Paradoks” di Unpad.

Menurutnya, perkembangan teknologi komunikasi, terutama media sosial, seyogianya digunakan untuk memudahkan antarbangsa dan komunitas untuk melakukan pertukaran budaya yang saling menguntungkan.

Namun kenyataannya, kata Prof Deddy, media sosial saat ini cenderung digunakan untuk saling menghancurkan.

Menurut Prof Deddy fenomena media sosial dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan merupakan gejala lama di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Hasil riset memprediksikan Facebook dan Twitter dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. “Gejala-gejala ini sudah lama terlihat di seluruh dunia, termasuk di negara kita,” katanya.

Berbagai peristiwa, konflik, hingga polarisasi politik kerap muncul akibat pengaruh media sosial. Salah satu pengaruh tersebut adalah masifnya peredaran hoaks di media sosial.

Prof Deddy mengatakan, banyak dari perilaku hoaks di media sosial yang berujung pada kerusuhan dan pembunuhan.

Pakar komunikasi antarbudaya ini menuturkan, beberapa dampak yang ditimbulkan dari media sosial adalah adanya kesetaraan semu hingga keintiman semu. Media sosial menurutnya telah menciptakan perilaku iri hati dan ilusi.

“(Di media sosial) banyak orang mengunggah foto-foto yang bagus meskipun fakta yang sebenarnya tidak seperti itu. Akhirnya kita terobsesi dengan segala hal, hubungan, dan gaya hidup yang tidak nyata,” tuturnya.

Karena itu, menyongsong era masyarakat digital 5.0, Prof Deddy menekankan perlunya keseimbangan teknologi dan kesejahteraan sosial. Komunikasi tatap muka tetap diutamakan ketimbang komunikasi via media digital.“Media sosial hanya dijadikan sebagai pelengkap,” kata Prof Deddy.

Penguatan pendidikan karakter dan literasi digital juga diperlukan, baik di tingkat keluarga hingga lembaga pendidikan.

Selain itu, peran pemerintah melalui penerapan peraturan perundang-undangan diperlukan untuk membangun penguatan pendidikan karakter anak bangsa.

Pos terkait