MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Desa Ngadisalam adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Desa ini menjadi desa dengan penganut ajaran Rifaiyah pertama dan terbesar di Wonosobo.
Desa ini menjadi tujuan utama jemaah Rifaiyah untuk berziarah. Karena terdapat makam Abu Mansyur yang menjadi penyebar ajaran Rifaiyah di Wonosobo.
Habib, Kadus Ngadisalam menjelaskan, asal mula penyebaran Rifaiyah di Ngadisalam berawal dari anak Perwira Pangeran Diponegoro yang bernama Ishaq menuntut ilmu di pesantren milik Kyai Ahmad Rifai di Pekalongan selama 30 tahun. Awalnya dia hanya ingin menambah ilmu kekebalan. Tetapi kyai Ahmad Rifai menyuruhnya untuk membaca syahadat.
Setelah Ishaq selesai menutut ilmu di Pekalongan, dia kembali ke Ngadisalam pada tahun 1834 untuk menyebarkan ajaran Rifaiyah. Dan ajaran tersebut tetap diaunt masyarakat Ngadisalam hingga sekarang.
Dengan jumlah penduduk mencapai 2500 jiwa, desa ini terbagi menjadi lima dusun diantaranya, Sidadungan, Candi, Sabrang, Patunan, dan Ngadisalam. Mayoritas penduduk desa Ngadisalam bekerja sebagai petani palawija.
Sebelumnya mayoritas masyarakat desa Ngadilsam bermata pencaharian sebagai petani padi, namun jumlah panen tiap tahunnya menurun. Kemudian masyarakat beralih menanam tumbuhan palawija karena dianggap lebih produktif dan hasil panennya terus meningkat.
” Sekarang 75% warga Ngadisalam bermata pencaharian sebagai petani palawija,” ungkap Kabul Riyanto Kepala Desa Ngadisalam.
Dia juga menceritakan, mayoritas pendidikan warga desa Ngadisalam, berpendidikan SMA. Namun upayanya untuk menumbuhkan rasa semangat belajar, Kabul bekerja sama dengan Komite Sekolah yang ada di desa Ngadisalam, menghimbau kepada para wali murid untuk melanjutkan pendidikan warganya ke tingkat yang lebih tinggi.
Perjalanan Kabul menjadi Kepala Desa berawal saat dirinya menjadi Hansip di Ngadisalam selama 16 tahun, lalu mendaftarkan diri menjadi perangkat desa.
Pendekatannya kepada masyarakat dia lakukan saat dirinya menjabat sebagai perangkat desa. Kabul kerap kali membantu warganya untuk mengurus administrasi yang berkaitan dengan desa. Muali dari pembuatan Akta kelahiran hingga membantu warga yang akan dirawat di Rumah Sakit. Dengan cara tersebut, dia mendapat kepercayaan para warga dan mencalonkan diri sebagai Kepala Desa ditahun 2013.
Dengan kepercayaan warganya, Kabul berhasil menjabat sebagai Kepala Desa selama 2 periode. Selama masa jabatannya, dia sudah melaksanakan renovasi makam Abu Mansyur yang menghabiskan dana hingga 125 juta rupiah. Yang didapat dari hasil jual tanah kas desa, hasil kotak amal makam, dan iuran masyarakat Ngadisalam.
Dimasa jabatan yang sudah masuk periode kedua, dirinya tidak pernah menjumpai adanya keributan antar warga. ” Selama menjabat disini, saya tidak pernah melihat adanya keributan antar warga. Semuanya damai dan saling membantu satu sama lain,” pungkasnya (asq)