Mengenang Kartini Lewat Karya Abadi Habis Gelap Terbitlah Terang

IMG 20250421 WA0000

Mercusuar.co, WONOSOBO – Nama Raden Ajeng Kartini tak pernah lepas dari perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia. Salah satu warisan intelektual yang ia tinggalkan adalah buku Habis Gelap Terbitlah Terang, sebuah karya yang memuat pemikiran-pemikiran Kartini tentang peran dan hak perempuan dalam masyarakat.

Buku tersebut merupakan kumpulan surat yang ditulis Kartini kepada sejumlah sahabatnya di Belanda, salah satunya Stella Zeehandelaar. Surat-surat itu kemudian dibukukan dalam bahasa Belanda dengan judul Door Duisternis tot Licht, yang berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”.

Karya tersebut pertama kali diterbitkan pada 1911 oleh J.H. Abendanon, pejabat urusan pendidikan dan kebudayaan Hindia Belanda saat itu. Dalam versi bahasa Indonesia, buku ini dikenal luas dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang dan diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1922.

Dalam surat bertanggal 25 Mei 1899, Kartini menulis:
“Saya ingin sekali, agar kaum perempuan memperoleh pendidikan yang lebih baik daripada yang sekarang diberikan kepada mereka, karena hanya dengan itulah mereka bisa menjadi ibu yang cakap dan pendidik yang baik bagi anak-anaknya.”
(Habis Gelap Terbitlah Terang, Balai Pustaka, 1922)

Lewat surat-surat itu, Kartini menyuarakan keresahannya atas kondisi sosial yang membatasi perempuan Jawa, termasuk dalam hal pendidikan, pernikahan dini, dan poligami. Ia mempertanyakan norma-norma yang mengekang perempuan untuk berkembang dan berkontribusi di ruang publik.

Kartini lahir dalam keluarga bangsawan Jawa di Jepara, 21 April 1879. Meskipun sempat mengenyam pendidikan di sekolah Belanda, ia harus menghadapi tradisi pingitan yang kala itu membatasi ruang gerak perempuan. Namun, dari balik tembok rumahnya, Kartini menulis. Ia menuangkan pemikiran, kegelisahan, dan harapan melalui surat.

Dalam salah satu surat kepada Abendanon, ia mengungkapkan:
“Kami anak-anak perempuan tidak dapat berbuat banyak. Kami dikungkung, kami dibatasi, dan kami tidak tahu kapan kami bisa bebas.”

Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam Habis Gelap Terbitlah Terang dianggap jauh melampaui zamannya. Ia menekankan pentingnya pendidikan sebagai jalan keluar dari ketertinggalan, serta sebagai dasar untuk mencapai kesetaraan gender.

Lebih dari satu abad berlalu, semangat dalam surat-surat Kartini masih relevan hingga kini. Habis Gelap Terbitlah Terang tak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi untuk terus memperjuangkan keadilan dan kesetaraan dalam berbagai bidang kehidupan.

Setiap 21 April, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini. Momentum ini menjadi pengingat bahwa perjuangan Kartini bukan sekadar simbol, tetapi juga panggilan untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan dan nilai kemanusiaan yang lebih luas.

Pos terkait