MERCUSUAR.CO, Purworejo – Pabrik gula saksi sejarah pertumbuhan ekonomi industri gula yang banyak membagikan keuntungan. Tidak cuma pada pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Jawa namun pula pemerintah Republik Indonesia sehabis kemerdekaan sampai pertengahan tahun 1970 an.
Aset industri Belanda tersebut tidak cuma yang bebentuk bangunan pabrik, mesin- mesin serta lokomotif dan lori buat fasilitas transportasi. Namun yang sifatnya non raga ialah sistem budidaya pertanian tebu serta teknologi proses pembuatan dari tebu jadi gula
Dikutip dari kebudayaan Kemendikbud, pertumbuhan gula di pulau Jawa sangat didukung oleh iklim dan tanah di Jawa yang sesuai buat tanaman tebu. Wilayah pertanian tebu di pulau Jawa banyak ditemui di Jawa Jengah serta Jawa Timur.
Sebab iklan yang sangat baik buat pertumbuhan tanaman tebu untuk daerah yang panas serta lumayan curah hujannya. Sehingga banyak dibangun pabrik gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu yang hendak diulas Mercusuar. co merupakan pabrik gula Jenar yang terdapat di Purworejo. Posisi pabrik gula Jenar ini terletak di Desa Plandi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo.
Dalam kajian Lengkong Sanggar Ginaris Mahasiswa S2 Ilmu Arkeologi, FIB, Universitas Gadjah Mada bertajuk Permukiman Emplasemen Pabrik Gula Purworejo (1910- 1933), pabrik gula Jenar dibentuk oleh biro Technisch Bureau E. Rombout di lahan persawahan yang terletak di antara jalan kereta Purworejo- Kutoarjo serta jalan raya Purworejo- Yogyakarta.
Dibuatkan pula jalan kereta yang menghubungkan pabrik dengan jalan kereta Yogyakarta- Cilacap. Jalan kereta tersebut pula hendak jadi fasilitas pendistrisbusian gula pabrik. Pabrik gula Purworejo mulai dibentuk tahun 1910-an dengan bayaran pembangunannya sebesar 3, 5 juta gulden. Dengan luas lahan dekat 1. 750 hektar, pabrik gula Jenar Purworejo jadi yang terbanyak di Jawa Tengah serta terbanyak kedua di Jawa sehabis PG Jatiroto di Jawa Timur.
Sepanjang masa tanam dari bulan April sampai akhir Juli serta masa panen pada tahun selanjutnya dari bulan Mei sampai Oktober, para buruh agresif yang sepenuhnya merupakan orang pribumi dilibatkan. Dari proses penanaman tebu sampai penggilingan, aktivitas buruh tersebut diawasi oleh orang Eropa dalam pengawasan ketat.
Begitu pula masinis bertanggung jawab pada pemeliharaan mesin, baik mesin pengolahan maupun lokomotif yang dipakai buat bawa tebu ke pabrik. Masinis umumnya dibantu oleh 2 orang asisten. Tugas masinis sepanjang masa giling merupakan yang sangat vital sebab kehancuran mesin berakibat pada proses penciptaan secara totalitas. Sebab seperti itu masinis wajib siaga sepanjang 24 jam mengingat proses penggilingan berlangsung selama hari secara terus menerus.
Dikala itu, buat memudahkan pengangkutan tebu, pabrik gula Jenar mempunyai jaringan kereta lori selama 184 km. Serta lokomotif sebanyak 17 buah dan gerbong pengangkut tebu sebanyak 1. 216 buah.
Pabrik gula Jenar Purworejo kesimpulannya ditutup pada tahun 1933 menyusul terbentuknya krisis ekonomi ataupun malaise. Sampai dikala ini sisa puing- puing pabrik gula Jenar telah lenyap begitu pula dengan jejak jalan kereta pula lenyap. Dikutip dari youtube pecinta kereta api, Aryo Nur Triambodho berupaya menelusuri sisa jalan kereta api pabrik gula Jenar.
Diprediksi jalan kereta api pabrik gula Jenar terletak dari Stasiun Jenar lurus ke arah Kutoarjo dekat 300 meteran, serta berbelok ke kanan ke arah pabrik gula Jenar. Tersisa sisa jembatan kereta api di samping yang ditumbuhi oleh tumbuhan serta semak belukar. Pula tersisa sisa tembok bangunan pabrik gula Jenar.