Mbogo, Oligarki Berbahaya bagi PDIP

21j Mbogo
Mercusuar/Dok - Wakil Ketua DPC PDIP Purworejo Albertus Sumbogo.

MERCUSUAR.CO, Purworejo – Wakil Ketua DPC PDIP Purworejo Albertus Sumbogo (Mbogo) mengungkap hal yang memantik dirinya untuk mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden.

Mbogo mencium adanya sistem Oligarki atau pemusatan kekuasaan di dalam tubuh partai PDIP sehingga dinilai berbahaya bagi partai yang demokratis seperti PDIP.

Seperti yang telah diketahui, deklarasi terhadap Ganjar Pranowo itu dinilai melanggar aturan partai dan direspon oleh Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang ‘Pacul’ Wuryanto yang menyebut bahwa kader yang melenceng dari garis partai adalah celeng bukan banteng.

Kemudian muncul fenomena “Banteng Vs Celeng” yang ramai di media sosial.

“Soal masalah Oligarki sebenarnya sudah dirasakan secara internal, ini yang sangat saya rasakan bersama teman-teman bahwa pemusatan kekuasaan itu semakin terasa betul, bahwa dominasi Bambang Pacul itu terasa betul baik dengan pernyataan maupun keputusan dan arahan, penyeragaman kata, tidak boleh ini, tidak boleh itu,” ungkap Mbogo, Kamis 21 Oktober 2021.

Menurut Mbogo, Oligarki tersebut sangat terasa saat fenomena Banteng vs Celeng ini terjadi sehingga menurutnya sangat berbahaya bagi tubuh partai PDIP.

“Ini bahaya sebagai bentuk partai yang demokratis, Oligarki ini semakin hari semakin terasa, istilah mereka ini kan tunduk, tegak lurus dan menjadi partai yang modern, tapi bagi kami ini adalah suatu pemberangusan demokrasi, khusus dalam hal aspirasi tentang Bupati ataupun Pilpres ini saya rasakan sebagai bentuk pemaksaan,” tegasnya.

Pada saat pemanggilan dari DPP PDIP beberapa waktu lalu, Mbogo mengungkapkan, dalam suasana kekeluargaan pihaknya mengemukakan alasan kepada DPP PDIP atas sikapnya sekarang ini.

“Itu karena cinta saya kepada PDIP dan Bu Mega. Saya sampaikan kepada DPP bahwa saya merasakan ketidakadilan terstruktur terhadap mas Ganjar, saya sampaikan perasaan saya bahwa saat ini sedang terjadi proses oligarki kekuasaan yang sedemikian mengerikan di PDIP. Padahal hal seperti itu yang kita perangi tatkala kita ditindas rezim Orde Baru,” terangnya.

Mbogo juga mengakui belakangan hubungannya dengan DPC PDIP Purworejo kurang harmonis karena adanya perbedaan pandangan tentang dukungan itu.

“Bahwa seakan-akan DPC tidak usah buka suara, harus tunggu perintah, tidak ada juga penampungan aspirasi dari masyarakat dan pasti saya tahu itu, saya selama ini merasakan bahwa hampir seluruh struktural di Jateng punya sikap yang sama seperti itu,” paparnya.

Terkait Banteng vs Celeng ini, lanjutnya, sebenarnya yang lebih bertanggung jawab adalah Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Pacul yang telah melontarkan kata celeng itu sehingga ramai di media sosial.

“Bahwa kita ini banteng ya tetap banteng, yang nyebut kita celeng kan pak Bambang, kita jiwanya ya tetap banteng, bahwa muncul barisan celeng berjuang itu sebenarnya hanya satir saja, jangan dianggap sebagai suatu kelembagaan, hanya sebagai bentuk ekspresi perlawanan,” katanya.

Pos terkait