Mantan Direktur Bank Dunia Ramalkan Pelemahan Rupiah Berlanjut

Mantan Direktur Bank Dunia Ramalkan Pelemahan Rupiah Berlanjut
Mantan Direktur Bank Dunia Ramalkan Pelemahan Rupiah Berlanjut

MERCUSUAR.CO, Jakarta – Ekonom Senior dan Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mari Elka Pangestu, memperingatkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dapat berlanjut. Dia menyoroti bahwa serangan rudal Iran ke Israel telah menimbulkan kepanikan di pasar keuangan, mendorong pelaku pasar untuk mencari aset aman seperti dolar AS. Dalam suasana ketidakpastian ini, nilai tukar rupiah terus mengalami penurunan.

Mari Elka Pangestu mengungkapkan bahwa arus modal asing keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, berpotensi semakin melemahkan nilai tukar rupiah. Selain itu, potensi inflasi global yang tinggi juga dapat memperburuk situasi, terutama akibat gangguan perdagangan dan kenaikan harga komoditas karena konflik tersebut.

Dia menyoroti Selat Hormuz sebagai salah satu jalur perdagangan utama yang terganggu oleh konflik di Timur Tengah, menyebabkan potensi tekanan inflasi global yang tinggi. Dalam konteks ini, kebijakan suku bunga yang tinggi di Amerika Serikat juga akan berlanjut untuk mengatasi tekanan inflasi.

Mari Elka Pangestu menekankan bahwa kekhawatiran investor yang mencari perlindungan ke aset dolar AS akan mempengaruhi arus modal, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara berkembang lainnya. Dia menyatakan pentingnya intervensi dari Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas rupiah, termasuk melalui operasi moneter di pasar keuangan.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI, Edi Susianto, juga mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah dipengaruhi oleh data ekonomi AS yang kuat dan memanasnya konflik di Timur Tengah. Dia menyatakan bahwa BI akan menggunakan cadangan devisa untuk intervensi di pasar valuta asing guna menjaga stabilitas rupiah.

Dalam konteks ini, harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) juga terus menguat, mencapai Rp 1,321 juta per gram pada hari ini. Hal ini menunjukkan bahwa investor cenderung mencari aset aman di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Pos terkait