Konten Jurnalistik Tidak Diproduksi di Media Sosial, Pemahaman Perlu Diluruskan

jurnalistik

MERCUSUAR.CO, Yogyakarta – Pengertian dan pemahaman sebagian orang mengenai media sosial yang seolah-olah menggantikan media massa perlu diluruskan. Media sosial tidak memproduksi konten jurnalistik. Beda halnya dengan media massa yang memproduksi konten jurnalistik dengan berbagai kaidah, aturan dan etika.

Senior Editor South East Asia Deutsche Welle, Jerman, Hendra Pasuhuk mengungkapkan hal itu dalam webinar Manajemen Media di Era Digital dan Media Sosial: Tantangan dan Peluang, kemarin. Diskusi digelar Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Jurnalis senior yang lama berkecimpung di media cetak dan elektronik tersebut membedah banyak hal tentang media massa dan sosial di Jerman dan Indonesia.

”Masyarakat harus mendapat edukasi bahwa media massa dan media sosial berbeda. Media massa memproduksi konten sedangkan media sosial tidak. Media sosial berfungsi salah satunya menghantarkan produk media massa,” ujar Hendra.

Edukasi seperti itu menurutnya perlu dijelaskan ke masyarakat supaya mereka mengetahui secara tepat pengertian keduanya sehingga tidak menyamakan media sosial dan media massa. Media sosial lebih bersifat hiburan, tidak menghasilkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara jurnalistik.

Ia mengatakan media massa memerlukan proses panjang ketika memproduksi konten mulai dari rancangan peliputan hingga sampai di depan khalayak. Karya tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sehingga ada aturan-aturan internal maupun eksternal yang menjadi acuan. ”Media massa memerlukan proses yang ketat untuk sampai mengeluarkan informasi ke publik. Ada kaidah yang harus ditaati, ada aturan dan etika, tidak bisa sembarangan menyajikan informasi ke khalayak,” tandas Hendra.

Karena itu, lanjutnya, produk jurnalistik media massa dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan dari berbagai sisi. Ia menegaskan pula, kepercayaan publik kepada media massa diperoleh melalui karya-karya yang bertanggung jawab. Para pekerja media memiliki kompetensi di bidangnya yang terikat dengan kaidah bahkan undang-undang.

Kredibilitas media massa bagi Hendra tidak dapat ditawar-tawar. Media massa harus memproduksi dan menghasilkan karya yang berkualitas agar dapat meraih kepercayaan publik. Di banyak negara, termasuk tempatnya bekerja di Jerman, masyarakat lebih mempercayai informasi dari media massa arus utama dibandingkan dengan media sosial. Ini karena tradisi literasi yang sangat kuat.

”Media massa tidak perlu minder dengan keberadaan media sosial, justru sekaranglah untuk menunjukkan karya-karya berkualitas dan kredibel sehingga kepercayaan publik kuat. Ukuran kredibilitas bukan karena disukai tetapi berkualitas,” imbuhnya.

Pos terkait