WONOSOBO, Mercusuar.co – Desa Besuki, yang terletak di Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, adalah sebuah permata tersembunyi yang menyimpan kekayaan alam dan budaya. Berjarak sekitar 32 kilometer ke selatan dari pusat Kabupaten Wonosobo, desa ini membentang di wilayah seluas 11,69 kilometer persegi dan menjadi pusat perhatian karena daya tarik alaminya yang luar biasa.
Nama “Besuki” ternyata memiliki makna yang dalam. Berasal dari dua kata, “bes” yang berarti rembesan air, dan “ki” yang merujuk pada Mbah Suki, seorang sesepuh desa yang dihormati. Tepat di sekitar makam Mbah Suki, terdapat sumber air alami yang dipercaya tidak pernah kering, bahkan di musim kemarau panjang. Keberadaan sumber air ini menjadi asal mula nama Desa Besuki dan simbol kekayaan alam desa ini.
Sudibyo, salah satu perangkat desa di Besuki menjelaskan. Desa Besuki dikenal dengan kelimpahan sumber mata airnya. Setidaknya terdapat 20 titik mata air yang tersebar di berbagai lokasi. Salah satu yang paling terkenal adalah mata air yang dikelola oleh PDAM Wadaslintang untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di wilayah sekitar.
“Sebagian besar air dari desa ini dialirkan untuk kebutuhan masyarakat di wilayah bawah. Sementara itu, warga desa memanfaatkan air secara kolektif,” ujar Sudibyo.
Selain sumber daya alam, Desa Besuki juga memiliki daya tarik wisata religi yang tidak kalah menarik. Makam Mbah Suki, yang diyakini sebagai sesepuh desa, menjadi tujuan ziarah yang populer, terutama bagi masyarakat luar desa. Terletak di Dusun Sipait, makam ini sering dikunjungi sebagai wisata religi untuk berdoa dan memohon keberkahan.
“Lokasinya memang agak jauh dari jalan utama, tetapi pengunjung tetap datang, terutama di malam hari,” jelas Sudibyo.
Setiap acara rutinan desa, mengunjungi makam Mbah Suki menjadi tradisi budaya, seperti merti desa sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur sekaligus doa untuk kemakmuran. Acara ini menjadi momen kebersamaan yang memperkuat ikatan sosial masyarakat dan melestarikan warisan budaya lokal.
Tidak kalah menarik Desa Besuki tak hanya menawarkan wisata religi dan pemandangan alam khas pedesaan, tetapi juga menyimpan pesona tersembunyi berupa Curug Sirongge. Terletak di tengah rerimbunan hutan, air terjun ini memikat dengan keindahan alaminya yang masih asri.
Curug Sirongge menjadi destinasi bagi pecinta alam yang mencari ketenangan di tengah kesunyian. Meski akses menuju lokasi tergolong menantang, pemandangan yang disuguhkan membuat setiap langkah perjalanan terasa sepadan.
“Saat ini aksesnya belum maksimal, tapi kami berharap Curug Sirongge bisa dikelola dengan baik untuk mendukung potensi wisata desa,” tambah Sudibyo.
Harapan ini sejalan dengan upaya masyarakat untuk mempromosikan Curug Sirongge sebagai destinasi wisata unggulan. Jika dikelola dengan baik, air terjun ini diyakini dapat menjadi daya tarik utama yang membawa manfaat ekonomi sekaligus melestarikan keindahan alam Desa Besuki.
Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama Desa Besuki. Perbaikan jalan dan pengadaan ambulans desa menjadi program unggulan untuk mendukung layanan kesehatan dan mobilitas warga.
“Kami ingin memastikan masyarakat memiliki akses yang lebih baik, terutama dalam bidang kesehatan dan pendidikan,” ungkapnya.
Dengan potensi alam, religi, dan budaya yang dimiliki, Desa Besuki berpeluang besar untuk berkembang sebagai desa wisata unggulan. Dukungan sumber daya manusia yang semakin sadar akan pentingnya pendidikan dan pengelolaan berkelanjutan menambah optimisme bahwa Besuki dapat menjadi desa mandiri dan berdaya saing di masa depan.
Desa Besuki bukan hanya tentang keindahan alam dan kekayaan tradisi, tetapi juga cerminan semangat masyarakat yang terus berinovasi demi kemajuan bersama.(Gen)