MERCUSUAR.CO, Jakarta – Harga minyak kembali menguat pada Jumat (5/4), dengan harapan akan mencatat kenaikan untuk minggu kedua berturut-turut. Peningkatan ini didorong oleh konflik geopolitik di Eropa dan Timur Tengah, kecemasan mengenai kemungkinan pengetatan pasokan, dan harapan positif terhadap permintaan bahan bakar secara global karena pemulihan ekonomi.
Menurut laporan dari Reuters, harga minyak Brent meningkat sebesar 49 sen atau 0,5 persen, mencapai $91,14 per barel pada pukul 01.08 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mencapai harga $86,96 per barel, naik 37 sen atau 0,4 persen.
Kedua jenis minyak ini mencapai harga tertinggi sejak Oktober pada hari Kamis sebelumnya.
Menurut Daniel Hynes dan Soni Kumari, analis dari ANZ, “Dengan kondisi ekonomi yang membaik, pasokan yang terbatas, dan meningkatnya ketegangan geopolitik, harga minyak diperkirakan akan terus meningkat dalam waktu dekat.” ANZ bahkan telah menaikkan prediksi suku bunga 3 bulannya dan target harga untuk Brent menjadi $95 per barel.
Brent dan WTI diharapkan akan mengalami kenaikan lebih dari 4 persen selama minggu ini, bertambah untuk minggu kedua secara berturut-turut, terutama setelah Iran, salah satu produsen utama OPEC, berjanji akan membalas serangan yang menewaskan anggota militer tinggi mereka, yang mereka salahkan pada Israel. Israel belum mengkonfirmasi bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Selain itu, serangan drone yang terus menerus dari Ukraina ke fasilitas pengolahan Rusia diperkirakan mengganggu lebih dari 15 persen kapasitas produksi Rusia, yang berpengaruh terhadap pasokan bahan bakarnya.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia, dikenal sebagai OPEC+, telah memutuskan untuk mempertahankan kebijakan pasokan mereka dan mendesak anggotanya untuk lebih patuh terhadap pembatasan produksi.
“Pasar yang semakin ketat diperkirakan akan mengurangi cadangan minyak di kuartal kedua,” menurut analis dari ANZ.
Selain itu, pemotongan ekspor minyak oleh Meksiko dan Uni Emirat Arab semakin memperketat pasokan minyak global.
Analis dari JP Morgan menyoroti bahwa kondisi pasokan yang semakin ketat bertepatan dengan pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat, sekitar 1,4 juta barel per hari (bph) pada kuartal pertama.
Mereka menambahkan, “Berdasarkan indikator permintaan kami yang ter-update, konsumsi minyak global pada Maret diperkirakan rata-rata 101,2 juta barel per hari, yang 100 ribu barel per hari lebih tinggi dari prediksi kami.”
Investor kini menantikan laporan ketenagakerjaan AS untuk Maret, yang diharapkan memberikan indikasi lebih lanjut tentang kondisi ekonomi AS dan arah kebijakan moneter negara tersebut.