Hadapi Kurikulum Merdeka, Tri Gunawan : Guru Harus Out Of The Box

IMG 20221127 011151 scaled

Mercusuar.co, Purbalingga – Tantangan guru kedepan semakin berat, karena mulai saat ini saat ini pendidikan di sekolah mengunakan kurikulum Merdeka, di mana dalam pendidikan formal harus mampu menciptakan sumberdaya guru untuk menyongsong gerakan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Salah satu kekuatan yang bisa mendorong terlaksananya P5 adalah kreatifitas para pendidik dalam memberikan materi pelajaran, baik secara teori maupun praktek.

“Guru harus keluar dari zona nyaman jika ingin berhasil mengawal program kurikulum Merdeka, harus out of the box,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga Tri Gunawan kepada Mercusuar.co usai mengikuti upacara HUT PGRI tahun 2022 di alun-alun Kabupaten Purbalingga, Sabtu (27/11/2022).

IMG 20221127 011311 scaled
Kepala Dindikbud Tri Gunawan, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, dan Wabub H. Sudono foto bersama sejumlah guru usai upacara HUT PGRI.

“Jangan sampai guru tidak keluar dari zona nyaman, harus keluar dari zona nyaman. Eranya sekarang sudah berubah, tidak seperti yang dulu. Pola-pola lama harus ditinggalkan jika ingin tidak ketinggalan,” lanjutnya.

Tri Gunawan menjelaskan, pendidikan di era Kurikulum Merdeka adalah pendidikan yang menurut guru untuk luas cakrawala pandangannya. Harus bisa mengubah menset, bahwa pendidikan tidak hanya berkutat di dalam ruang kelas.

“Alam semesta, lingkungan di luar sekolah justru banyak sekali ilmu pengetahuan yang bisa digali untuk dijadikan mata pelajaran. Karena kelak anak didik kita sudah harus bisa mandiri, berkreasi sendiri tanpa harus mengandalkan ijasah, tapi skil dan kemampuan diri untuk membangun kehidupan secara mandiri,” jelasnya.

IMG 20221127 011551 scaled
Kepala Dindikbud foto bersama sejumlah guru peserta upacara.

Kurikulum Merdeka adalah media pendidikan yang harus diimplementasikan secara merdeka. Guru juga harus bekerja sama dengan wali murid,, karena peran orang tua sangat strategis untuk membantu anak-anak lebih maju. Melalui program parenting guru, siswa dan wali murid harus bisa bersinergi mengembangkan pendidikan di sekolah masing-masing.

“Salah satu contohnya adalah dibuatnya group WhatsApp pada masing-masing kelas. Hal ini sangat membantu terjalinnya komunikasi antara guru dan wali murid, di mana setiap ada persoalan di sekolah bisa dikomunikasikan dan bisa ditindaklanjuti bersama. Jadi apa yang sudah diajarkan oleh guru dan kemudian dipraktekkan di sekolah, di rumah bisa ditindaklanjuti dengan orangtuanya, dipraktekkan kembali. Syukur Isa berinovasi, misalnya di sekolah diajarkan memasak ayam goreng, di rumah mungkin bisa diinivasi jadi ayam geprek atau ayam penyet, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Terkait kemampuan guru dalam melaksanakan program P5 pada kurikulum Merdeka, diakuinya oleh Tri Gunawan, Dimas Pendidikan Kabupaten Purbalingga harus melakukan kerja keras dalam mendorong terealisasinya Kurikulum Merdeka di setiap sekolah. Dengan cara pendampingan yang dilakukan terus menerus diharapkan bisa mendongkrak pendidikan di kabupaten Purbalingga semakin meningkat.

“Kemarin sempat terpuruk, kabupaten Purbalingga hanya menduduki rengking ke-35 dari 35 Kabupaten dan Kota. Ahirnya kami harus menggenjot dengan cara pendampingan, kami keliling ke seluruh sekolah. Alhamdulillah sekarang sudah mulai naik, kini berada di rengking 19. Bahakan pada.minggu ini insyaallah bisa naik smaoinke rengking 5,” tuturnya.

Melalui Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ini Tri Gunawan berharap momen tersebut menjadi pemantik dan dorongan para guru untuk terus bersemangat mencerdaskan anak bangsa dengan berbagai cara yang baik dan maju. Banyak inovasi dan kreasi yang harus tercipta, dan terus berusaha semaksimal mungkin agar kurikulum Merdeka bisa terimplementasikan dengan baik.(Angga)


Pos terkait