DSA Wisata Negeri Hila: Menembus Cakrawala di Tanah Maluku

negeri hila
Benteng Amsterdam yang dibangun oleh Gerrard Demmer pada tahun 1642 merupakan gudang rempah pertama di Indonesia yang sekarang menjadi salah satu destinasi sejarah unggulan di Desa Wisata Negeri Hila, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Desa Wisata Negeri Hila berhasil masuk 50 besar ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 dengan daya tarik utama wisata sejarah dan budaya. foto dok. Kemparekraf

MERCUSUAR.CO, Maluku Sinar mentari pagi menembus cakrawala di Negeri Hila, pantulannya menghujani sebuah bangunan beratap merah yang menarik perhatian sekelompok wisatawan.

Bangunan bersejarah Benteng Amsterdam, sebuah loji Belanda sejak abad ke-17 yang menjadi awal dari jalur perdagangan rempah pada tahun 1512, kini berdiri sebagai monumen dan saksi bisu dari perkembangan kehidupan di wilayah Leihitu, Maluku Tengah.

Bacaan Lainnya

Terletak 37 kilometer dari pusat kota Ambon, Desa Sejahtera Astra (DSA) Wisata Negeri Hila terletak di pesisir utara Ambon dengan dataran rendah yang mendominasi. Dengan jumlah penduduk mencapai 6.850 jiwa, desa ini, yang telah dibina oleh Astra sejak tahun 2022, menjadi salah satu destinasi wisata paling diminati di wilayah Ambon karena keberagaman budaya, keindahan alam, warisan sejarah, kuliner, dan kerajinan tangan.

Sebagai salah satu desa tertua di wilayah Leihitu, DSA Wisata Negeri Hila memainkan peran sejarah yang penting bagi Maluku, ditandai dengan banyaknya peninggalan sejarah, termasuk Benteng Amsterdam, Gereja Tua Imanuel Hila, dan Mushaf Al-Qur’an tulis tangan tertua di Maluku yang ditulis hampir 1000 tahun yang lalu.

Selaras dengan kekayaan sejarahnya, desa ini terkenal dengan beragam kebudayaan, seperti tarian Cakaleleng, Sau Reka-Reka, Sawat, dan Lenso yang digunakan untuk menyambut tamu. Selain itu, wisatawan dapat mengikuti permainan tradisional seperti Bambu Gila.

Negeri Hila
Permainan Bambu Gila menjadi salah satu pilihan destinasi Desa Sejahtera Astra Wisata Negeri Hila, Maluku. foto: astra

“Sejak dibina oleh Astra, DSA Wisata Negeri Hila mendapatkan pendampingan mulai dari pengembangan desa, pelatihan pengembangan buah pala, hingga fasilitas peralatan homestay yang menjadi salah satu mata pencaharian warga. Sejak saat itu, pendapatan dari seluruh aspek pun meningkat 30% dibandingkan tahun lalu,” ujar Tokoh Penggerak DSA Wisata Negeri Hila Mohamad Nurdin Lating.

Masyarakat DSA Wisata Negeri Hila aktif mengembangkan diri melalui berbagai komunitas, seperti Zumama, Hila Photography Club, Rumah Kita Hila (seni budaya), Himpunan Kesehatan Hila (sosial dan kesehatan masyarakat), Hila English Lover Club (pendidikan), dan Palahi Halawang (pelestarian lingkungan).

Potensi DSA Wisata Negeri Hila

negeri hila
Kemewahan sinar mentari menembus cakrawala di Desa Sejahtera Astra Wisata Negeri Hila, Maluku. foto: astra

Masyarakat DSA Wisata Negeri Hila memiliki sumber pendapatan tambahan dari penjualan kriya kayu, kuliner lopis, dan perkebunan pala, cengkeh, serta kakao, yang menjadi destinasi ekowisata di Leihitu.

Hasil panen komoditas pala, cengkeh, dan kakao dari Desa Hila berhasil diekspor ke Eropa, mencapai 6 Ton per tahun dengan nilai transaksi ekspor mencapai Rp1,5 miliar.

Nurdin, seorang putra daerah, berperan besar dalam kesuksesan ekspor produk pala, cengkeh, dan kakao ke pasar Eropa. Sejak tahun 2016, ia aktif membantu petani lokal membangun jaringan ekspor.

Nurdin juga memimpin Kelompok Tani Petani Pala Uli Halawang Hila, berhasil mendapatkan sertifikasi dari Uni Eropa pada tahun 2019. Sebagai inovator Pala Maluku, ia bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan jaringan ekspor ke berbagai negara.

Keberagaman mata pencaharian dan aktifnya komunitas-komunitas dalam pengembangan diri menjadi aspek penting bagi DSA Wisata Negeri Hila dalam mewujudkan mottonya, yaitu CERIA.

Semangat warga DSA Wisata Negeri Hila dalam mengembangkan potensi desanya sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Indonesia. (*)

Pos terkait