Mercusuar.co, Purbalinga – Semakin berkembangnya kehidupan di tubuh Nahdlatul Ulama (NU) dan banomnya semakin banyak peluang yang harus diciptakan sebagai media ekspresi anggotanya, salah satunya adalah lahirnya Garda Fatayat NU (Garfa) di tubuh Fatayat NU. Hal ini menjadi dasar PC Fatayat NU Kabupaten Purbalingga menggelar Pendidikan dan Latian Dasar (Diklatsar) Garfa yang diselenggarakan di MI Ma’arif NU Kajongan 1, di Desa Kajongan, Kecamatan, Bojongsari Kabupaten Purbalingga, Jum’at – Minggu (10-12/2/2023).
“Garfa lahir sebagai ruang publik external bagi perempuan-perempuan muda NU yang memiliki passion sosial, kemanusiaan, dan keprotokolan,” ujar Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Purbalingga, Siti Mutmainah kepada Mercusuar.co, Jum’at (10/2/2023).
Lebih lanjut Mutmainah menerangkan, Fatayat NU sebagai lembaga yang didalamnya pengurus dan anggotanya adalah perempuan muda NU merupakan Banom NU yang selama ini beraktifitas menjaga dan merawat kemanusiaan yang berkiblat pada Ahlussunah wal Jama’ah secara kultural.
“Kegiatan Fatayat selama ini adalah rutinitas sebagaimana peran perempuan dalan NU. Menjaga Marwah Ahlusunah wal Jama’ah, akidah, dan kebangsaan,” katanya.
Di sisi lain, perempuan muda NU yang bernaung di tubuh Fatayat NU juga memiliki dinamika kehidupan yang semuanya harus diberi ruang, salah satunya adalah minat dan bakat bersosialisasi secara fisik pada ranah sosial dan kemanusiaan. Di mana wilayah tersebut menjadi peluang penting bagi Fatayat NU untuk melahirkan media yang bisa menampung ekspresinya.
“Garfa lahir sebagai bagian dari kebutuhan anggota Fatayat yang memilik passion sosial dan kemanusiaan. Mereka akan bertugas sebagai garda depan Fatayat NU di arena sosial dan kemanusiaan, serta keprotokoleran,” lanjutnya.
Terkait tugas pokok dan fungsinya, wilayah giat Garfa, menurut Mutmainah, Garfa sebagai pelaksana giat sosial seperti melayani berbagai kegiatan sosial pada masyarakat, lingkungan, dan keluarga. Disamping itu juga sebagai pegiat kemanusiaan yang melakukan giat di wilayah bencana alam, tragedi kemanusiaan dan sebagainya.
“Di sana Garfa bisa melakukan membantu evakuasi, pertolongan pertama pada kecelakaan, mengadakan dapur umum, dan sebagainya,” terangnya.
Garfa juga memiliki tugas keprotokoleran membantu giat Fatayat NU di bidang pelayanan umum dan khusus. “Saat pengajian misalnya, tugas pengawalan tamu undangan atau pembicara perempuan, Garfa bertugas menjemput dan mengawal, yang selama ini tugas tersebut dilakukan ole Banser atau Denwatser,” lanjutnya.
Kembali Mutmainah menjelaskan, tupoksinya Garfa tidak sama dengan Banser, karena Garfa hanya sebatas pada tugas sosial dan kemanusiaan secara ringan. “Banser itunkan Tentaranya NU, jadi tidak sama dengan Garfa, terlalu berat untuk Garfa,” tandanya.
Terkait dengan Diklatsar Garfa PC Fatayat NU Kabupaten Purbalingga, Mutmainah menyampaikan Diklatsar pertama yang di selenggarakan selama 3 hari di MI Ma’arif NU Kajongan 1 baru diikiti 66 peserta.”Nanti pada Diklatsar berikutnya akan kami tambah pesertanya. Kali ini masing-masing PAC baru menyerahkan 4 anggotanya,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Purbalingga, Salim Efendi mengatakan, Kegiatan Diklatsar Garfa di PC Fatayat NU Kabupaten Purbalingga sudah diketahui PCNU Kabupaten Purbalingga. Dan PCNU sangat mendukung kegiatan tersebut.
“PCNU mengapresiasi dan mendukung adanya Garfa. Karena hal itu terkait dengan kebutuhan di tubuh NU dan Fatayat pada khususnya. Sebagaimana adanya Banser dan juga Denwatser, keberadaan lembaga ini karena memang dibutuhkan oleh NU sebagai garda depan,” kata Salim Efendi.
Selanjutnya, Salim Efendi berharap kehadiran Garfa bisa merealisasikan kepentingan dan kebutuhan Fatayat NU dan juga NU pada umunya di tingkat lapangan. Walau tupoksinya berbeda dengan Banser, Garfa memiliki peran penting di tingkat sosial dan pendampingan.
“Kalau Banser kan sudah punya unit kerja yang pasti. Sepertihalnya bantuan pengamanan, kebencanaan, husada, dan lalu lintas. Sedangkan Garfa masih di wilayah internal Fatayat,” terangnya.
Terkait keberadaan Denwatser, Salim Efendi berharap bagi mereka perempuan-perempuan muda NU yang telah melakukan Diklatsar Banser diharapkan mulai diserahkan ke ranah aslinya, yaitu Fatayat NU untuk mengikuti dikalatsar Garfa.
“Karena mereka sama-sana dari Fatayat,” pungkasnya.(Angga).