MERCUSUAR.CO, Jakarta – “Innalillahi wa innailaihi rojiun. Selamat jalan P Harmoko bin Asmoprawiro smg husnul khotimah n diberi tempat mulia di sisi Allah SWT. Foto thn 2013 kenangan ketika P Harmoko memberikan mesin tik beliau pd sy juga kopiah yg dipakai sbg Ketua MPR RI th 1998. al Fatihah.”
Begitu cuit Fadli Zon, anggota DPR RI menghaturkan bela sungkawa Senin dinihari (5/7/2021). Dalam cuitannya tampak ia berjabat tangan dengan Harmoko sambil memegang sebuah mesin tik.
Mantan Menteri Penerangan dan Ketua MPR RI era Orde Baru Harmoko bin Asmoprawiro, meninggal dunia, Minggu (4/7/2021) pukul 20.22 WIB. Harmoko meninggal dunia pada usia 82 tahun.
Mesin tik di foto Harmoko tersebut menjadi salah satu jejaknya menulis, baik sebagai wartawan maupun penulis lepas. Kelahiran Nganjuk, Jawa Tengah, Hindia Belanda, 7 Februari 1939 itu bercita-cita menjadi wartawan sejak kelas 3 Sekolah Rakyat (setara SD kini).
Cita-cita Harmoko itu tumbuh karena ayahnya kerap membelikan buku, sehingga ia tumbuh gemar membaca, seperti dikutip dari jurnal penelitian Gina Siti Rahmah, Andi Suwirta, dan Moch Eryk Kamsori dalam jurnal Susur Galur volume 8(2), September 2020.
Cita-cita Harmoko untuk menjadi wartawan ternyata terwujud. Ia memulai kariernya dari menjadi korektor koran hingga masuk ke panggung politik, dan diberi status sebagai wartawan politik di surat kabar Merdeka di Jakarta.
Harmoko ditetapkan menjadi korektor terbaik. Berkat ketekunannya, ia mampu menulis cerpen, membuat karikatur, cerita bersambung, artikel, dan masalah yang memuat reportase. Setelah itu, ia pun menjadi “wartawan kota” yang bertugas meliput berita di area kota.
Karier wartawan Harmoko dimulai di surat kabar Merdeka di Jakarta. Ia kelak membangun sebuah harian umum yang mengkhususkan berita untuk lapisan masyarakat bawah yang bernama Pos Kota.
Di antara kariernya di bidang jurnalistik, Harmoko sempat menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya pada 1970-1972. Kemudian ia menjadi Ketua Umum PWI Pusat pada 1973-1983.
Pada tanggal 13 Maret 1983, Harmoko dipanggil oleh Presiden Soeharto ke rumahnya di Jalan Cendana, Jakarta. Saat itu, ia Presiden Soeharto meminta kesediaan dan kesanggupan Harmoko untuk memimpin Departemen Penerangan.
Harmoko menjabat sebagai Menteri Penerangan tiga periode hingga 1997, lalu menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Khusus pada 1997 dan Ketua DPR/MPR pada 1997-1998.
Tetap menulis dengan mesin tik
Sepuluh tahun setelah lengser dari panggung politik, ia lebih sering menyibukan diri membaca dan menulis, selain mengurus pesantren di kampung halamannya, Nganjuk, Jawa Timur. Perkembangan politik yang terjadi di tanah air, katanya lagi, cukup ia pantau dari sebuah televisi berukuran 21 inci yang ada di ruang kerjanya.
Mei 2008, wawancara Harmoko ditulis Firdaus Syam dan ditulis dalam buku, “Berhentinya Soeharto, Fakta dan Kesaksian Harmoko”. Dalam buku setebal 298 halaman itu, ia mengungkapkan peristiwa pengunduran diri mantan Presiden Soeharto, 21 Mei 1998, versi dirinya.
Saat itu, kami berkesempatan menyambangi Harmoko di kediamannya di Jl Taman Patra XII No 12, Jakarta.
Ruangan itu begitu temaram. Hanya cahaya dari lampu meja yang menyinari seisi ruangan yang lumayan luas itu. Beberapa buku tampak menumpuk di atas meja tamu. Sementara di meja kerja tergolek sebuah mesin ketik manual.
Itulah ruang kerja Harmoko. Soal mesin ketik manual, itu merupakan barang penting bagi mantan Ketua DPR yang melengserkan Soeharto itu. Dengan alat inilah ia menulis kolom “Kopi Pagi” yang diterbitkan di Pos Kota.
“Dari dulu sampai sekarang saya menulis pakai mesin ketik ini. Walaupun saya sudah punya komputer. Sebab suara tik..tik..nya itu bisa mengundang inspirasi,” ujar Harmoko.
Beberapa buku karya Harmoko di antaranya Zaman Edan: Kopi Pagi Bersama Harmoko (2010) dan Nasihat Harmoko untak Anak-Anak dan Cucu-Cucu.
Riwayat karier Harmoko:
– Wartawan dan Kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka (1960)
– Wartawan di Harian Angkatan Bersenjata (1964)
– Wartawan Harian API dan Pemimpin Redaksi Majalah Berbahasa Jawa, Merdiko (1965)
– Pemimpin dan Penanggung Jawab Harian Mimbar Kita (1966-1968)
– Salah Seorang Pendiri Harian Pos Kota (1970)
– Menteri Penerangan Indonesia ke-22 (19 Maret 1983 – 16 Maret 1997)
– Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ke-12 (1 Oktober 1997 – 30 September 1999)
– Ketua MPR RI ke-10 (1 Oktober 1997 – 30 September 1999)
Kegiatan Lain
– Anggota BSF (1974-1978)
– Anggota Dewan Pers
– Anggota DPR/MPR
– Ketua KONI Pusat Bidang Litbang
– Wakil Presiden Konfederasi Wartawan ASEAN.(detikcom)