MERCUSUAR.CO, Wonosobo, 13 Juli 2024 – Gen Z, generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, kembali menjadi sorotan karena mendominasi data pengangguran di Indonesia. Pengangguran yang dimaksud adalah tidak bekerja, tidak melanjutkan pendidikan, atau istilahnya NEET (not in employment, education, and training/NEET) alias do nothing/nganggur. Berdasarkan data BPS (2021-2022), jumlah Gen Z yang menjadi pengangguran atau tidak memiliki kegiatan mencapai 9.896.019 orang pada Agustus 2023. Dari jumlah itu, NEET Gen Z didominasi perempuan sebanyak 5,73 juta diikuti 4,17 juta laki-laki. Angka itu setara dengan 22,25 persen dari total penduduk usia muda di Indonesia.
Hal ini tentu membuyarkan “dongeng-dongeng” Gen Z yang banyak berseliweran di media sosial kita: Anak Gen Z yang suka jalan-jalan daripada menabung beli rumah, Pekerja Gen Z yang memilih resign daripada kena isu mental health, atau si Paling Gen Z yang punya perhatian pada isu lingkungan dan sosial. Dan jangan-jangan menganggur adalah sebagai gaya hidup? Atau mereka punya keyakinan bahwa “menganggur kalau ditekuni juga lumayan”.
Lapangan Kerja Menyempit, Gen Z Makin Terimpit?
Rasanya asik jika bisa menjadi bagian dari Gen Z: Bergaya bebas dan duduk manis di cafe shop, ikutan war tiket konser, bergaya kultur Gen Z yang hedon. Namun ternyata tampilan luar yang “nggegirisi” para orang tua tersebut, hanya kulitnya saja. Potret-potret ini baru sebagian dari potret manis yang dilihat dari kaca mata survei industri di kota besar, kota urban. Sisanya menjadi potret buram tanpa filter penghalus wajah sesungguhnya Gen Z kita saat ini.
Gen Z dan Pengangguran
Tingginya angka pengangguran menjadi paradoks banyak survei urban yang menggambarkan kehidupan Gen Z yang asik, santai, suka berpetualang, mencoba hal baru, dan menikmati hidup. Data Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode Agustus 2017-2022 menunjukkan tren yang mengkhawatirkan bagi para lulusan baru di Indonesia. Durasi pencarian kerja bagi mereka dari semua jenjang pendidikan mengalami peningkatan. Hal ini diperparah dengan jumlah lapangan kerja formal yang terus menurun selama 15 tahun terakhir. Kondisi ini membuat para lulusan baru semakin kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan minat mereka. Ada joke yang mengatakan terkait “SMK siap Kerja” memang betul orangnya siap kerja, tapi pekerjaannya tidak ada.
Tantangan soal serapan tenaga kerja juga menjadi momok baru yang harus dihadapi Gen Z. Kondisi ini menunjukkan perlunya perbaikan sistem pendidikan dan pelatihan vokasi agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, adanya dukungan dari pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi generasi muda sangat diperlukan. Mendorong perkembangan social enterprise juga bisa menjadi solusi yang efektif. Social enterprise memiliki potensi untuk memberikan peluang kerja dan pelatihan bagi Gen Z sambil memberikan dampak sosial yang positif. Dengan fokus pada keberlanjutan, inovasi, dan pemberdayaan, social enterprise dapat menjadi jawaban bagi banyak masalah yang dihadapi oleh generasi ini.
Tawaran Solusi
Hal penting yang sangat perlu dilakukan oleh segenap pihak adalah pembentukan karakter Gen Z yang lebih tangguh, pantang menyerah, punya daya juang tinggi dan tidak termakan gengsi. Saat ini kita sering mendengar sebutan Gen Z sebagai generasi strawberry, luarnya terlihat sangat cantik tapi dalamnya sangat rapuh, beda jauh dengan generasi old yang tangguh, pantang menyerah, dan menjadi generasi perintis. Masalah NEET (Not in Employment, Education, or Training) di kalangan Gen Z memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi untuk mengatasi berbagai faktor yang menyebabkannya. Berikut beberapa solusi yang bisa ditawarkan:
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Vokasi
– Penyelarasan Kurikulum dengan Kebutuhan Industri: Meninjau kembali kurikulum pendidikan vokasi dan universitas agar sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Meningkatkan kerja sama antara institusi pendidikan dan industri untuk menciptakan program magang dan pelatihan yang relevan.
– Pelatihan Keterampilan Digital: Menyediakan pelatihan keterampilan digital yang sesuai dengan kebutuhan industri modern, seperti coding, analisis data, dan pemasaran digital.
2. Dukungan untuk Kewirausahaan
– Pendanaan dan Inkubasi Start-up: Menyediakan akses ke pendanaan dan program inkubasi untuk mendukung pengembangan usaha kecil dan start-up oleh Gen Z. Mendorong bank dan lembaga keuangan untuk memberikan pinjaman dengan bunga rendah kepada wirausahawan muda.
– Pelatihan Kewirausahaan: Mengadakan workshop dan seminar tentang kewirausahaan, manajemen bisnis, dan strategi pemasaran untuk Gen Z.
3. Pengembangan Social Enterprise
– Pembentukan Social Enterprise: Mendorong pembentukan social enterprise yang fokus pada pemberdayaan dan pelatihan tenaga kerja muda. Menyediakan insentif pajak dan bantuan keuangan untuk social enterprise yang berkontribusi pada pengurangan angka pengangguran.
– Kerjasama dengan Pemerintah dan Swasta: Meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan organisasi non-pemerintah untuk menciptakan program-program yang mendukung social enterprise.
4. Program Bimbingan dan Konseling Karir
– Konseling Karir di Sekolah dan Universitas: Memperkenalkan program konseling karir sejak dini di sekolah dan universitas untuk membantu siswa memahami minat dan bakat mereka serta memilih jalur karir yang sesuai.
– Mentorship Program: Mengembangkan program mentorship yang menghubungkan profesional berpengalaman dengan Gen Z untuk memberikan bimbingan dan jaringan.
5. Akses ke Informasi dan Kesempatan Kerja
– Platform Digital untuk Lowongan Kerja: Mengembangkan platform digital yang menghubungkan Gen Z dengan berbagai kesempatan kerja, magang, dan pelatihan. Menyediakan informasi yang jelas dan mudah diakses tentang pasar kerja dan kebutuhan industri.
– Pameran Karir dan Job Fair: Mengadakan pameran karir dan job fair secara rutin untuk mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja.
6. Program Pemberdayaan Komunitas
– Pelatihan dan Pengembangan di Tingkat Komunitas: Melakukan program pelatihan dan pengembangan keterampilan di tingkat komunitas, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Melibatkan komunitas dalam proyek-proyek lokal yang dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan mengadopsi solusi-solusi ini, diharapkan bisa mengurangi angka NEET di kalangan Gen Z dan membantu mereka membangun masa depan yang lebih cerah dan produktif serta tidak bangga dengan status kepenganggurannya. (Taf)