- Uji Sampel Segera Digelar di Daerah Lain
- RSUD Wongsonegoro Semarang Waspada
MERCUSUAR.CO, Kudus – Varian Covid-19 B.1617.2 atau Delta dipastikan telah masuk dan menyebar di Kabupaten Kudus.
Berdasarkan uji sampel terhadap 34 pasien positif Covid-19, 28 orang di antaranya dinyatakan terjangkit varian ganas dari India itu.
Menindaklanjuti hal tersebut, Gubernur Ganjar Pranowo berencana menggelar tes whole genome sequence di wilayah lain untuk memastikan ada atau tidak penularan varian itu. Khusus di Kudus, Ganjar mengusulkan penerapan gerakan lima hari di rumah saja untuk menekan penyebaran Covid-19.
”Pemerintah butuh dukungan masyarakat. Kalau masyarakat tidak mendukung, nanti kucing-kucingan terus. Ingat, varian baru sudah masuk ke Kudus,” ujarnya saat meninjau penanganan Covid-19 di Kudus, Minggu (13/6).
Soal varian India, Ganjar mencurigainya sebagai pemicu cepatnya penularan yang menyebabkan peningkatan kasus Covid-19 di Jateng dalam tiga minggu terakhir. ”Penularannya cepat sekali, karena itu masyarakat harus sadar betul. Saya mengusulkan, kalau perlu lima hari di rumah saja,” tegas Ganjar yang didampingi Bupati Kudus Hartopo.
Dia berharap, selama lima hari tersebut para orangtua atau lansia dan anak-anak tidak bepergian. Perkantoran juga mesti memperbanyak persentase karyawan yang bekerja dari rumah atau work from home. Ganjar mencontohkan kegiatan di rumah saja yang digencarkan di Kabupaten Grobogan.
Dia berharap pelaksanaannya benar-benar maksimal dan masyarakat hanya akan keluar jika keperluannya penting. Saat peninjauan di posko gabungan penanganan Covid-19 Kabupaten Kudus, Ganjar mendapati banyak tempat isolasi terpusat yang belum optimal.
Menurut data, terdapat 599 tempat tidur yang tersebar di delapan kecamatan di Kudus. Namun, semua belum maksimal. Misalnya di Rusunawa Bakalan, Krapyak, dari 180 tempat tidur baru terisi 20. ”Yang isolasi di rumah di 1.797 orang. Optimalkan semua tempat, masukkan ke situ, tidak perlu keluar kota,” tandasnya.
Ganjar menyampaikan pada Bupati Hartopo bahwa pihaknya siap membantu keperluan dan kekurangan SDM ataupun fasilitas. ”Inilah yang sungguh-sungguh harus dilakukan dengan cepat. Butuh eksekusi, saya minta bupati jangan ragu. Kalau kesulitan, kontak saya. Kita ajak TNI-Polri, kita mesti keroyok bareng-bareng.”
Bupati Kudus Hartopo mengatakan, pihaknya menyiapkan ratusan tempat tidur untuk isolasi terpusat hingga tingkat desa. Namun, Pemkab Kudus belum akan menerapkan kebijakan kerja dari rumah meski klaster perkantoran bermunculan. WFH hanya diberlakukan untuk ASN yang dinyatakan positif Covid-19.
Menurut Hartopo, kebijakan WFH akan berdampak pada pelayanan di kantor-kantor. ”Sudah banyak pegawai yang terpapar Covid-19, jika WFH siapa nanti yang kerja di kantor. Justru dengan tetap masuk kantor, protokol kesehatan bisa lebih dipantau,” katanya.
Hartopo meminta warga Kudus lebih meningkatkan penerapan protokol kesehatan, seiring dengan temuan varian dari India. Penularan varian Delta sangat cepat. ”Bisa dilihat angka kematian pasien yang tanpa komorbid (penyakit penyerta) juga banyak. Termasuk di usia produktif. Pasien yang meninggal di usia 30 tahun hingga 35 tahun tanpa komorbid juga ada,” katanya.
Untuk mencegah penularan yang lebih masif, Pemkab Kudus telah menyiapkan tempat isolasi terpusat hingga tingkat desa. Pemkab tidak akan mengirim lagi pasien isolasi ke Asrama Haji Donohudan di Boyolali. Total terdapat 955 tempat tidur di pusat isolasi mandiri terpusat yang disiapkan di Kudus.
Tempat tidur itu tersebar di Rusunawa (180), Balai Diklat Sonyawarih Menawan (68), Graha Muria (60), dan Asrama Akbid 48. Sisanya 599 tidur tersebar di desa-desa di sembilan kecamatan. Hartopo mengatakan, pihaknya akan lebih selektif mengirim warga ke tempat isolasi terpusat.
”Prinsipnya tidak boleh ada yang campur, warga yang positif dan negatif di satu rumah yang tidak bisa menyiapkan kamar terpisah. Jika ada keluarga yang kesulitan menyiapkan kamar terpisah, nanti akan dikirim ke isolasi terpusat tersebut,” katanya. Hanya, kondisi sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan masih terbatas. Karena itu, ia meminta bantuan gubernur.
”Kami sudah buat daftar usulan ke gubernur, semoga segera ada tambahan bantuan,” ujarnya.
Gubernur Ganjar Pranowo mendukung rencana isolasi terpusat di Kudus. ”Jadi nanti tidak perlu lagi kirim-kirim pasien ke Donohudan. Kemarin sudah banyak yang mengeluh. Sudah, mulai sekarang di Kudus saja,” katanya.
Berhati-hati
Sementara itu, temuan varian baru dari India membuat manajemen RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang lebih berhati-hati menangani pasien dari Kudus yang saat ini dirawat di rumah sakit itu. Menurut Direktur RSUD Wongsonegoro Susi Herawati, prosedur standar diberlakukan secara ketat. Pihaknya terus memantau perkembangan kesehatan pasien dan tenaga kesehatan yang merawat mereka.
”Kami sudah koordinasikan dengan bagian instalasi laboratorium. Jika ada gejala-gejala yang mengarah pada varian India, pihak lab segera mengambil sampel dan mengirim ke instalasi laboratorium pusat,” jelas Susi.
Selain itu, penerapan protokol kesehatan bagi tenaga kesehatan ditingkatkan, karena varian India lebih cepat menular. ”Dobel-dobel dari biasanya, seperti asupan gizi dan vitamin, APD (alat pelindung diri), dan lain-lain,” ujarnya.
RSUD KRMTWongsonegoro, lanjut Susi, saat ini merawat 42 pasien Covid-19 dari Kudus. Mereka ditempatkan di ruang perawatan isolasi. Di Jakarta, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa ledakan kasus Covid-19 di Kudus dipengaruhi oleh varian B1617.2 atau varian Delta.
Penularan varian baru tersebut disebabkan oleh banyaknya pekerja migran Indonesia yang pulang dan juga aktivitas di kawasan pelabuhan laut. ”Penyebabnya karena kemarin pada saat liburan, rakyat kita mungkin sebagian besar sudah euforia karena mulai vaksinasi.
Yang kedua, masuknya strain baru yang penularannya cepat sekali, sehingga kita mulai melihat ada kenaikan (kasus) yang signifikan di beberapa daerah, khususnya Jawa Tengah,” ujar Budi.
”Sudah terkonfirmasi itu adalah varian baru yang kita amati masuknya banyak dari pekerja migran di Indonesia, juga melalui pelabuhan-pelabuhan laut. Pelabuhan udara biasanya sudah kita jaga dengan baik,” lanjutnya.
Pasalnya, kata Budi, banyak pekerja di Indonesia yang mengangkut barang dari India, sehingga varian Delta memang lebih berisiko masuk ke Tanah Air.
”Varian-varian baru itu sudah kita teliti. Hasilnya baru keluar sekitar dua hari yang lalu. Memang yang di area Kudus adalah varian baru dari India,” ujarnya.