Siswa SD di Boyolali Lakukan Sungkeman Jelang Ujian

IMG 20240501 WA0026

Mercusuar.co, Boyolali – Jelang pelaksanaan ujian sekolah tingkat SD/MI pada Senin mendarang berbagai persiapan telah dilakukan seperti tambahan jam belajar bagi siswa. Tak hanya itu persiapan unik juga dilakukan siswa kelas VI Madrasyah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Watugede, Kemusu, Boyolali. Mereka menggelar acara sungkem dan membasuh kaki ibu pada Selasa (30/4/2024) kemarin.

Menurut Wakil Kepala MI Watugede, Sutrisno acara ini merupakan acara rutin yang diselenggarakan pihak sekolah setiap menjelang ujian sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan motivasi bagi siswa agar bisa giat dan rajin belajar.

“ Acara sungkeman jelang ujian ini rutin kami gelar setiap jelang ujian bagi kelas VI tujuannya untuk menambah motivasi agar siswa lebih rajin belajar,” kata Sutrisno.

Selain sungkeman para siswa juga melakukan basuh kaki ibu. Menurut Sutrisno ada makna dibalik acara sungkeman dan basuh kaki ibu yaitu bahwa surga di bawah telapak kaki ibu dan jerih payah seorang ibu dalam membesarkan anak lebih berat dibandingkan ayah. Sehingga, diharapkan anak bisa berpikir sebelum bertindak sesuatu yang dapat menyakiti hati ayah dan ibunya.

“Orang tua membimbing mereka sangat berat. Sehingga dengan sungkeman dan basuh kaki anak bisa memahami hal tersebut. Harapannya anak-anak bisa menjadi orang baik, pandai, saleh, dan salehah,” kata dia.

Tak sedikit siswa dan orang tua yang menangis dengan acara sungkeman dan basuh kaki ini. Salah seorang siswa, Jaka Argan Al Goni, justru merasa lega bisa menangis dan meminta maaf kepada ibunya di acara tersebut. Dengan pikiran dan perasaan yang lega dirinya merasa bakal bisa fokus untuk mempersiapkan asesmen madrasahnya.

“Saya lega bisa meminta maaf kepada ibu, karena dengan ini bisa lebih fokus mempersiapkan ujian,” kata Jaka.

Acara sungkeman dan basuh kaki ini mendapat apresiasi dari orang tua murid. Salah satu orang tua siswa, Rina Rivani, berpendapat acara ini akan memiliki dampak positif dan berharap para siswa bisa memiliki ketenangan ketika mengikuti ujian sekolah.

“Saya sewaktu kegiatan bisa menangis karena tiba-tiba teringat perjuangan dari waktu belum punya anak sampai punya sekarang. Lalu, teringat perjuangan orang tua juga yang berjuang mengasuh saya,” kata dia. (fen)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pos terkait