Mercusuar.co, Purbalingga – Gairah untuk membangun silaturahmi teman-teman sekolah alumni MAN Purbalingga dari angkatan 1980-1995, angkatan tua lebih bersemangat muda dibanding angkatan yang belum lama. Hal ini dibuktikan dengan jumlah peserta reuni Akbar MAN Purbalingga pada 15 angkatan, alumni angkatan tua jumlah pesertanya lebih banyak dan mereka sudah mengenakan seragam komunitas.
“Luar biasa, angkatan tua justru lebih bersemangat muda. Mereka yang datang jumlahnya lebih banyak, bahkan sudah punya seragam semua seperti anak muda,” ungkap Ragil Sri Wasitoh, alumni MAN angkatan 1991 kepada Mercusuar.co di sela sela perhelatan reuni sedang berlangsung, di aula Kraca Bungur Wised Purbasari Pancuran Mas, Sabtu (30/7/2022).
Ragil menuturkan, panitia reuni Akbar MAN Purbalingga didominasi angkatan pertama yang pesertanya paling tua diantara yang lain. Menurutnya, angkatan tua justru punya klan lebih kuat untuk membangkitkan silaturahmi teman-teman seangkatan yang sudah terberai ke mana saja.
“Saya jadi malu, karena angkatan saya termasuk angkatan muda, tapi jumlah personil yang datang cuma sedikit. Padahal sudah kami komunikasikan di group agar menyempatkan untuk berangkat,” terangnya.
Terhitung, menurut guru MI Ma’arif NU Bumisari ini, jumlah yang datang pada alumni angkatan 1991 cuma 8 orang. “Cuma 8 orang yang datang. Tapi kami tetap bersemangat untuk terus menjalin silaturahmi, baik antar kelas maupun antar angkatan, termasuk dengan kakak-kakak kelas dan adik kelas yang sempat bersama saat sekolah dulu,” ujarnya
Hal serupa juga diungkapkan oleh Winarni, alumni angkatan 1986 yang merasa jalinan silaturahminya semakin kuat. Bahkan di saat menghadiri reuni semua alumni angkatannya sudah mengenakan seragam.
“Dari angkatan kita masih banyak yang inten bersilaturahmi, bahkan hari ini saja semua yang datang sudah berseragam. Jadi identitasnya jelas,” ungkapnya.
Namun begitu, dari sekian banyak peserta reuni dari 15 angkatan hanya sedikit yang masih bisa diingat oleh guru-guru yang sempat bisa menghadiri acara tersebut.
“Sudah terlalu lama, saya banyak yang lupa. Paling kalau menyebutkan angkatan dan namanya, agak sedikit ingat,” ujar Sudarso, salah satu guru yang bisa hadir di reuni tersebut.
Sementara itu menurut Khamdiatin, alumni angkatan 1988, reuni Akbar MAN Purbalingga yang diadakan secara serentak 15 angkatan memang kelihatan megah dan meriah, namun dari sisi hal paling manusiawi bahwa reuni adalah ajang pertemuan teman akrab dan punya cerita dan kenangan, reuni menjadi pecah. Masing-masing angkatan berkoloni sendiri-sendiri saling membuncah kan rasa kangeng dan ingin bercerita masa lalunya.
“Ternyata benar, reuni terlihat ramai, tapi juga pecah. Acara yang dikemas dengan sedikit pengajian memperingati tahun baru Islam hampir tidak mendapat respon, karena suasana terbawa riuh rendahnya mereka berkangen-kangen ria,” ujarnya.
Sebagaimana dalam pemantauan Mercusuar.co, sejak pagi dimulai dari pintu gerbang Wised Purbasari Pancuran Mas, di lobi pintu masuk sudah terjadi keramaian, semua alumni berkoloni dengan angkatan masing-masing. Mereka saling menunggu, lalu bertemu dan heboh sendiri-sendiri. Mereka saling befoto bersama, Selfi dan tukar nomor handphon bagi yang baru pernah bertemu.
“Saya baru pertama kali ini ikut reuni, bahkan baru pertama kali juga bertemu teman-teman seangkatan. Jadi saat masuk bingung mau mencari siapa, karena banyak yang sudah lupa. Ada yang paham wajahnya, tapi lupa namanya. Sedang yang diingat justru tidak datang,” ujar Siti Rochayah alumni angkatan 1989.(Angga)