Rawan Tsunami, Desa Pesisir Pantai Selatan Purworejo

7jbmkg pwr fid
Mercusuar/Dok - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati saat melakukan koordinasi bersama Asisten III Setda Purworejo Pram Prasetya Achmad bersama Kepala BPBD Purworejo Budi Wibowo dalam evaluasi jalur evakuasi terhadap bahaya tsunami di Desa Gedangan, Kecamatan Purwodadi, kemarin.

MERCUSUAR.CO, Purworejo – Beberapa desa yang terletak di wilayah pesisir pantai selatan Kabupaten Purworejo berpotensi tsunami. Diantaranya yakni Desa Jogoboyo, Gedangan, Watukoro, Karanganyar, Jogoresan, Jatimalang, dan Jatikontal, dan beberapa desa lain.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengemukakan, berdasarkan kajian, waktu tempuh tsunami menuju daratan yakni 39 menit setelah terjadinya gempa.


“Oleh karena itu masyarakat diminta untuk segera mengevakuasi diri 5 menit setelah gempa agar memiliki waktu yang cukup sebelum tsunami tiba,” ungkap Dwikorita saat melakukan evaluasi jalur evakuasi terhadap bahaya tsunami di Desa Gedangan, Kecamatan Purwodadi, Rabu (6/10).


Disampaikan juga bahwa alur evakuasi di pesisir pantai selatan terakhir kali disurvei tahun 2010 dan hari ini atau 11 tahun kemudian baru di cek ulang. Berdasarkan data terakhir tahun 2018, ternyata perkembangan kepadatan penduduk sudah mulai meningkat, termasuk perubahan lahan menjadi tambak udang serta pertanian.

“Sudah banyak bertambah bangunan dan pemukiman yang semakin dekat pantai, yang tentunya akan semakin tinggi resiko korban jika terjadi tsunami. resiko kerusakan juga bertambah. Dari data BMKG, kejadian kegempaan rata-rata semakin meningkat, termasuk risikonya. Jadi jalur evakuasinya harus lebih tepat. Kita juga melakukan susur jalur evakuasi dari mulai bibir pantai sampai titik assembly point dengan tujuan untuk mengetahui berapa waktu tempuh perjalanan dari pantai hingga titik evakuasi,” jelasnya.

Dijelaskan, tempat evakuasi yang terakhir ditentukan juga ternyata masih berada di zona bahaya. Dirinya hadir di Purworejo untuk meninjau langsung sekaligus menyiapkan mitigasi bencana berdasarkan data dan kondisi terbaru di lapangan.

“Di peta ini garis biru, ternyata masih di zona bahaya, termasuk sungai yang jadi jalan tol tsunami. Jadi harus dipindahkan. Ini harus segera dievaluasi, termasuk fasilitas kesehatan yang saat ini termasuk zona merah. Itulah tujuan kami ke sini, yakni untuk mengecek jalur evakuasi dan verifikasi peta sekaligus melakukan evaluasi,” terangnya.

Meski begitu pihaknya tidak mempunyai otoritas untuk mengubah kebijakan dan hanya memberikan rekomendasi agar pemda dapat memutuskannya dengan tepat. Namun demikian, pada awal 2021 BMKG telah melakukan penyerahan peta rawan tsunami level kecamatan dan credential aplikasi sirine tsunami mobile SIRITA pada BPBD Kabupaten Purworejo. BMKG juga telah memasang Warning Receiver SystemNew Generation (WRSNG) di Kantor BPBD. Peralatan ini merupakat diseminasi yang dapat memberikan info gempa bumi secara real time.

“Tujuan kita bukan untuk menakut-nakuti ataupun membuat resah, tapi kita harus sampaikan apa adanya agar masyarakat dapat lebih waspada dan dengan adanya kegiatan ini masyarakat dapat mengevakuasi diri secara mandiri jika sewaktu waktu ada bencana tsunami,” tandasnya.
Selain melakukan evaluasi, BMKG juga menggelar Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG), yang juga dipusatkan di Desa Gedangan Kecamatan Purwodadi.

Asisten III Setda Purworejo Pram Prasetya Achmad bersama Kepala BPBD Purworejo Budi Wibowo yang juga ikut dalam evaluasi BMKG mengucapkan terimakasih karena Kabupaten Purworejo mendapat alokasi kegiatan sekolah lapang gempabumi, yang tentunya akan sangat bermanfaat dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana.

“Wilayah Kabupaten Purworejo yang terdiri dari dataran, pegunungan, perbukitan, dan pantai memungkinkan terjadinya berbagai jenis ancaman serta memiliki potensi bencana yang tinggi,” ungkapnya.

Dijelaskan, pantai-pantai di Purworejo yang menghadap langsung Samudera Indonesia itu, sangat berpotensi terjadinya bencana khususnya tsunami, yang biasanya terjadi setelah adanya gempa bumi.
“Sebagai langkah antisipasi bila terjadi bencana tsunami, Pemkab Purworejo telah melakukan berbagai langkah. Antara lain menyusun peta resiko dan bahaya tsunami, memasang alat EWS tsunami, mempersiapkan jalur evakuasi mulai dari peta, rambu hingga pengerasan jalan dan sebagainya,” jelasnya.

Pos terkait