WONOSOBO, mercusuar.co – Puluhan komunitas Balai Latihan Kerja (BLK) di Pondok Pesantren (Ponpes) yang dibangun oleh Pemerintah Pusat tidak digunakan secara maksimal. hal itu disampaikan Wakil Bupati (Wabup) Wonosobo Muhammad Albar saat membuka rapat koordinasi Bidang Keagamaan Kabupaten Wonosobo oleh Bagian Kesra Setda, di Pendapa Wakil Bupati, kemarin.
Albar menyebut, sedikitnya ada 18 komunitas BLK di ponpes yang belum digunakan secara maksimal. “Ada 18 komunitas BLK yang dibangunkan oleh Pemerintah Pusat, tapi baru gedungnya saja, isinya yang seharusnya untuk menggodog para Santri sebagai modal keterampilan dan pengetahuan saat kembali ke masyarakat belum ada”, tandasnya.
Menurutnya, di Wonosobo ada ratusan Pondok Pesantren (Ponpes) dan lembaga-lembaga keagamaan yang selama ini masih terlewat dan belum tersentuh perhatian Pemerintah. Oleh sebab itu, Albar menegaskan agar Pemerintah dan stake holder yang ada segera berkoordinasi dan bergerak sebagai respon dari hal itu. Sehingga manfaatnya bisa langsung dilihat dan dirasakan oleh masyarakat.
Pengoptimalan BLK di dalam pondok tersebut dikatakanya bisa berupa pelatihan di berbagai bidang. “Kita optimalkan BLK yang ada di Ponpes untuk pelatihan bagi para santri, di berbagai bidang, teknologi, ekonomi, pertanian, perikanan dan sebagainya, kita optimalkan yang 18 ini dulu dari pada muspro”, tegas Wabup.
Wabup menegaskan, Pemerintah harus tanggap dan merespon perkembangan yang ada di masyarakat. Ia minta dalam memberikan fasilitasi pelaksanaan pembangunan bidang keagamaan nantinya benar-benar dioptimalkan, terlihat dan bisa dirasakan oleh masyarakat. Selain itu harus tetap mengedepankan kebersamaan dan koordinasi dari semua lini, dalam mewujudkanya.
“Kami ingin merespon dan memberikan perhatian kepada lembaga keagamaan dan kemasyarakatan yang selama ini belum terkoordinasi dengan baik dan target sasaranya belum dirasakan oleh masyarakat”, tegas Albar.
Menurut Albar, bukan hanya ilmu keagamaan saja tapi pengetahuan lain harus jadi modal, oleh karena itu Ia minta BLK tersebut untuk dimaksimalkan dan dioptimalkan. “Karena para Santri nantinya setelah kembali ke masyarakat tidak mungkin jadi Kyai semua, namun setidaknya jadi tokoh panutan di sekitarnya. Jadi harus punya kemampuan, pengetahuan dan skil lain selain bidang keagamaan, untuk modal saat kembali dari Pondok”, tegasnya.