Profil Muhammad Isnaeni: Anggota DPRD Jateng Komandan Pasukan Hokya

IMG 20241109 WA0002
MERCUSUAR, Wonosobo– Memiliki pengalaman panjang menjadi kepala desa di Wonosobo, Muhammad Isnaeni mampu mengorkrestasi kekuatan basis suara secara lebih efektif di lapis paling bawah. Dua periode ini dia terpilih menjadi anggota DPRD Jawa Tengah fraksi PDI Perjuangan melalui pasukan kesenian tradisional.
Oleh orang-orang, Muhammad Isnaeni biasa dipanggil Isnaeni Bonde. Di rumahnya, di desa Bejiarum kecamatan Kertek Wonosobo pekan lalu dia banyak bercerita perjuangan menjadi anggota legislatif yang tidaklah mudah hingga di dapil 9 (Wonosobo, Temanggung dan Purworejo) Bonde menjadi anggota DPRD dengan suara terbanyak, lebih dari 80 ribu suara.
Bekal pengalaman berpolitik sudah dimiliki Bonde sejak menjadi kepala desa di kampungnya cukup lama yaitu pada tahun 1998 hingga 2013. Kesederhanaan sosoknya kemudian sampai saat ini dia masih diakui sebagai ketua paguyuban tukang ojek. “Sampai sekarang saya masih tercatat ketua paguyuban ojek. Saya dulu tukang ojek,” terangnya.
Melimpahnya suara Bonde atas kerja kerasnya karena saat maju dia terhimpit tidak didukung partai di menit-menit terakhir. Yakin ada celah dia kemudian berikhtiar untuk menjadi kesenian sebagai tema besar berpolitiknya. “Waktu itu saya melihat kesenian tradisional seperti lengger dan lainnya menjadi peluang. Saya masuk. Orang mengira jumlahnya kecil tapi hampir tiap kecamatan hingga dusun ada kesenian tradisional,” katanya.
Bonde mampu menjadikan paguyuban kesenian tradisional sebagai kawan dengan cara dia masuk mendaftar menjadi anggota. Pada saat nyalon DPRD Jateng periode pertama tahun 2019, Bonde jenis politisi perintis bukan pewaris. Dia harus jumpalitan. Temanggung menjadi medan garapan utamanya. Langkah ini dia baca sebagai peluang karena pada pemilu 1955 daerah lereng Sindoro Sumbing dan hanya di Temanggung inilah merupakan basis merah. “Waktu itu pertemuan dalam sehari bisa 7 sampai 13 tempat. Begitu terus setiap hari selama kurang lebih 2 bulan,” ujarnya.
Di situasi tak dapat dukungan pengurus partai itulah menjadi motivasi tersendiri. Bagi Bonde dengan begitu dia harus membangun barisan yang militan dengan cara bergerilya ke lapis paling bawah. “ Di sinilah kita harus membangun pengakuan,” kata Bonde.
Lewat barisan pasukan seni tradisional yang dia bangun secara sungguh-sungguh itulah menjadikan Bonde dapat legitimasi kuat nyaris sejajar dengan organisasi kemasyarakatan sekalipun. Dia kemudian secara alami diakui masyarakat sebagai komandan Hokya lereng Sindoro Sumbing. Hokya adalah sebutan teriak kegembiraan untuk komunitas seni. Selain Komandan Hokya, Bonde adalah satu-satunya kepala desa yang duduk di gedung Berlian.(Haqqi)

Pos terkait