PURBALINGGA Mercusuar.co – Peringatan Hari Ibu tingkat kabupaten Purbalingga dimeriahkan dengan Parade Kebaya di pendopo Dipokusumo, Minggu (22/12/2024). Pada kegiatan tersebut menampilkan 1.625 wanita mengenakan busana tradisional kebaya.
Dalam sejarahnya, busana kebaya secara resmi ditetapkan sebagai busana nasional pada tahun 1972. Dari penetapan pemerintah tersebut, sejak saat itu busana tradisional kebaya menjadi pakaian resmi wanita Indonesia yang dipakai pada peringatan hari besar nasional, seperti Hari Ibu, Hari Kartini, upacara ada dan resepsi yang dilaksanakan secara adat.
“Kebaya adalah simbol kebanggaan dan identitas perempuan Indonesia, identitas wanita Jawa, termasuk wanita Purbalingga,” ungkap Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi saat memberikan sambutan di hadapan ribuan ibu-ibu berkebaya, Minggu (22/12/2024).
Terkait pentingnya dalam melestarikan tradisi dan budaya busana Kebaya, Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi (Tiwi) menegaskan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa, seperti halnya kebaya di Nusantara ini merupakan warisan budaya yang sangat berharga.
Disamping itu, Bupati juga mengajak agar dalam setiap peringatan hari ibu juga memberikan penghormatan kepada para perempuan yang telah memberikan kontribusi bagi keluarga dan masyarakat.
“Kita hormat kepada ibu-ibu hebat. Ibu-ibu yang telah melahirkan anak-anak hebat,” ujarnya.
Parade Purbalingga Berkebaya 2024 diikuti oleh 1.625 wanita berkebaya. Mereka merupakan peserta perwakilan dari OPD, Kecamatan, dan beberapa lembaga sosial dan keagamaan di Kabupaten Purbalingga.
Selain parade, acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni tradisional, penampilan dari murid SLBN Purbalingga. Sementara di halaman pendopo Dipokusumo juga terdapat pameran produk batik dan ecoprint yang diikuti oleh batik produk desa Limbasari, kecamatan Bobotsari dan ecoprint produk Mbabar Godong, desa Bojong kecamatan Bukateja.(Angga).