WONOSOBO, mercusuar.co – Pemindahan puluhan batu nisan yang diduga jenis lingga di Makam Keramat Stana Gede menuai kontroversi. Bahkan, budayawan dan pengamat sejarah di Wonosobo ikut angkat bicara.
“Sebenarnya dasarnya pemerintah, berani utuk memindahkan benda – benda bersejarah itu apa, harusnya melakukan kajian terlebih dahulu,” tutur Pegiat Budaya Wonosobo, Farhan kepada Mercusuar.co.
Menurut Farhan, jika ingin melakukan pengamanan dari pencuri atau mengamankan benda tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan. Bisa saja dengan membentuk paguyuban budaya di desa Mojosari. Atau, dengan mengoptimalkan lokasi tersebut sebagai situs bersejarah.
“Seharusnya dilakukan kajian secara matang, situs tetap dijaga, batu nissan tetap lestari, tanpa harus melakukan pemindahan,” tuturnya.
Pemindahan ini, kata Farhan tidak dihalului oleh musyawarah mufakat dengan warga Mojotengah. Dan ada dugaan pemberian informasi yang sengaja dipelintir untuk menakut-nakuti perwakilan warga yang diundang ke Kec. Mojotengah supaya langsung tandatangan persetujuan.
“Ini ada ketidak pastian dalam proses pemindahan,” tuturnya,
Mendengar kabar semacam ini saya langsung bergegas mengecek ke makam tersebut, memang benar adannya info tersebut saya berjalan menyusuri beberapa makam makam yang sepuh ini, nampak pula ada peziarah juga yang sedang melihat sekitaran yang aneh dan janggal adanya ‘kehilangan’ nisan ini di beberapa titik makam sepuh. Menyayangkan adanya peristiwa ini yang informasinya kurang banyak diketahui.
Kemucak yang menjadi tanda makam ini ya adalah wujud bahwa ingkang sumare atau sahibul makom telah sampai pada puncaknya, “liqo’u rabbi” menghadap Gusti Alloh Swt dengan tenang. Terkait kemuncak yang mirip bagian candi ini ya memang pada jamannya sedang musim bentuk semacam itu. Kemudian bentuk nisan lainnya yang dianggap mirip lingga juga sama halnya yang menandakan akan ketuhanan.
