Mengulik Sejarah Kepahlawanan Orang Purbalingga Pada Perang Kemerdekaan Republik Indonesia

WhatsApp Image 2024 08 24 at 12.09.37

Mercusuar, Purbalingga – Kabupaten Purbalingga menyimpan banyak sejarah lahirnya pahlawan nasional, mereka berjuang untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari masa pendudukan Jepang hingga agresi militer ke dua. Selain Jendral Sudirman, pahlawan nasional yang lahir di Purbalingga diantaranya Mayjend Soengkono, Letkol Isdiman, Letu Koesri, Kapten Sarengat, Kopral Tanwir, dan Usman Janatin.

“Mayjend Sungkono lahir pada hari Ahad Wage, 11 Januari 1911 di kelurahan Purbalingga Kidul, tepatnya di Prapatan Banteng Jalan Letkol Isdiman,” ungkap Igo Saputra saat menyajikan materi Gendurasa Kisah-kisah Pahlawan dari Bumi Perwira bertempat di Kedai Pojok Taman Kota Usman Janatin, Purbalingga, Jum’at (23/8/2024) malam.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Igo menyampaikan, Mayjend Sungkono merupakan sosok penting dalam sejarah pertempuran yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945. Sejarawan Australia, Frank Palmos menuliskan, Soengkono memiliki porsi yang besar dalam pergolakan 10 November 1945, ia mengorganisir tentara dalam pertempuran tersebut. “Benar adanya bahwa pidato-pidato malam berapi-api yang dibawakan Bung Tomo menggugah semangat para pejuang, sekaligus menjengkelkan bagi Inggris, tapi beliau hanya berpidato bukan mengatur tentara di medan laga,” tulis Palmos dalam buku ‘Surabaya 1945 : Sakral Tanahku’.

Pada buku yang sama disebutkan, saat keadaan Surabaya semakin genting Soengkono berkoordinasi dengan Gubernur Suryo dan para pimpinan pejuang lainnya  untuk mengatur siasat. Ia menyampaikan pidato singkat malam 10 November 1945. “Saudara-saudara, saya ingin mempertahankan Kota Surabaya. Surabaya tidak bisa kita lepaskan dari bahaya ini,” ujar Soengkono.

Soeharyo Padmodiwirio dalam Memoar Hario Kecik : Autobiografi Seorang Mahasiswa Prajurit (1995, hlm. 258) menuliskan bah Soengkono memimpin pertempuran berhadapan dengan Jenderal Militer Inggris, Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. “Nama Sungkono ini tidak bisa dipisahkan dengan Pertempuran Surabaya,” tulisnya.

“Selain Mayor Jenderal Sungkono, pahlawan nasional yang tidak kalah heroiknya dalam berjuang melawan penjajah adalah Letnan Satu Koeseri. Pejuang yang satu lahir di Pritgantil, Purbalingga Wetan,” lanjut Igo dalam pemaparan materinya.

Letnan Satu Kuseri bertugas di Wilayah Cilacap, Jawa Tengah. Walau Koeseri termasuk tentara PETA bentukan Jepang, jiwa nasionalisme dalam dirinya mendorong dirinya untuk berpihak pada rakyat, mengorganisir tentara lainnya untuk melawan Jepang di wilayah Cilacap.

Namun karena kekuatannya pasukannya tidak seimbang, Koeseri dan pasukannya bisa dilumpuhkan dan ditangkap untuk dijatuhi hukuman mati. Koeseri dan pasukannya ditahan di Jakarta, dalam persidangan mereka semua akan dieksekusi pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan adanya Namun karena pada tanggal 17 Agustus 19145 Jepang menyerah dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Koeseri dan semua tawanan Jepang di bebaskan.

Setelah dari eksekusi hukum mati Jepang, Koeseri kembali melakukan perjuangan, bertempur melawan pendudukan Sekutu pada perang Agresi Militer ke II. “Atas jasanya Kuseri yang berkarir di militer sampai berpangkat Letnan Satu (Lettu) itu kemudian diabadikan sebagai nama jalan di Kelurahan Purbalingga Wetan yang melewati tanah kelahirannya,” ujar Igo menutup pembicaraan.

Dalam Gendurasa yang dihadiri jamaah pengajian ala pesantren yang rutin setiap malam Sabtu di Kedai Pojok, acara dilanjutkan dengan diskusi tentang sejarah perjuangan kemerdekaan di wilayah Kabupaten Purbalingga. Setelah diskusi, dilanjutkan pengajian sebagaimana biasanya.(Angga)

Pos terkait