MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Menurut informasi yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, penemuan balon tradisional di Wonosobo dimulai sekitar pertengahan dekade 1920-an. Sumber masyarakat menyebutkan bahwa penemunya adalah Atmo Goper (1898-1978), seorang ahli pangkas rambut dari Krakal Tamanan, Kelurahan Karangluhur, Kecamatan Kertek. Atmo juga dikenal sebagai pengrajin lampion, sangkar burung, dan seniman musik rebana.
Inspirasi Atmo untuk membuat balon udara berasal dari pengalamannya melihat pendaratan balon udara berpenumpang di Alun-alun Wonosobo pada masa mudanya. Balon pertamanya dibuat dari kertas pilus, yang dikombinasikan dengan kertas payung, dan penerbangannya pertama kali dilakukan di depan Mushola Krakal Tamanan, disaksikan oleh warga setempat.
Kisah tentang balon di Krakal Tamanan menyebar di wilayah sekitarnya, menjadi suatu momentum yang dinantikan oleh masyarakat. Bahkan, penonton dari kecamatan lain dan luar kota Wonosobo pun datang untuk menyaksikan acara tersebut.
Meskipun balon plastik mulai bermunculan pada tahun 1970-an, balon tradisional tetap menjadi favorit, terutama bagi para pembuat balon senior. Balon plastik biasanya digunakan untuk menguji arah angin dan kondisi cuaca sebelum balon besar dilepaskan.
Pada tahun 1990-an, pembuatan balon menggunakan kertas minyak semakin populer karena ringan, tersedia dalam berbagai warna, tahan api, dan mudah didapat di pasaran.
Sebelum era balon tradisional yang beragam bentuk dan warna seperti sekarang, tradisi melepas balon udara sederhana sudah ada sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia. Di Pekalongan, tradisi ini dimulai oleh keturunan Indo Belanda dan telah berlangsung sejak tahun 1906, ketika komunitas baon udara panas yang disebut Nederlandsch-Indische Vereenigig Voor Luchtvaart membentuk tradisi melepas balon udara setiap tahunnya, memperkenalkannya ke kota Pekalongan. (asq)