Manfaatkan Logam, Seniman ini Mampu Hasilkan Karya Seni yang Indah dan Bernilai Jual Tinggi

23hlogam mgl.dek
Seniman logam asal Magelang

MERCUSUAR, Magelang – Beberapa dari kita tentu mengetahui bahwa logam merupakan bahan baku yang biasa digunakan dalam pembuatan peralatan, perlengkapan mesin dan pembuatan senjata.

Tetapi di tangan Maryanto Zakaria atau yang kerap disapa dengan panggilan Bang Jaka (70), logam dapat dimanfaatkan untuk membuat karya seni yang indah dan memiliki nilai jual tinggi.

Bacaan Lainnya

Logam-logam tersebut diubah menjadi sebuah karya seni berupa pahatan yang membentuk berbagai karakter seperti manusia, binatang, karakter pewayangan atau budaya.

Jaka menceritakan, awalnya dia menekuni dunia seni logam bermula ketika saat sedang makan sayur bening. Saat itu dia melihat rantang yang menjadi wadah dari sayur bening tersebut memiliki ukiran-ukiran di aluminiumnya. Dari sana muncul ide untuk menekuni dunia seni logam.

“Sampai sekarang sudah berjalan sekitar 15 tahun saya menekuni dunia karya seni logam ini,” ungkapnya.

Jaka mengaku dirinya tidak memiliki latar belakang pendidikan seni, melainkan menekuni pendidikan teknik. Tetapi sejak kecil dia memang menyukai dunia seni, seperti seni lukis dan seni tari.

“Kalau saya tidak punya basic pendidikan, dan tidak pernah punya guru atau belajar secara khusus. Jadi ide saya muncul sendiri dan belajar secara otodidak,” jelasnya.

Dalam proses pembuatanya, Jaka juga kerap menemui berbagai tantangan seperti tidak dapat diulang jika terdapat kesalahan, daya lentur yang terbatas, serta membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang tinggi.

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan karya seni logam merupakan peralatan yang dibuatnya sendiri, dan tidak ada yang menjual peralatan tersebut.

Karya-karyanya dijual mulai dari harga termurah Rp 75.000, dan yang paling mahal pernah laku dengan nominal sebesar Rp 35.000.000.

Selain itu, dia juga sering mendapatkan pesanan dari luar negeri, seperti Singapura, Malaysia hingga Jepang.

Jaka berharap, kesenian di Indonesia dapat lebih berkembang lagi. Menurutnya kendala dalam menjual karya seni saat ini, karena masih dianggap sebagai barang sekunder yang kalah dengan kebutuhan barang primer.

“Saya mengakui masyarakat kita bukan tidak menghargai seni, tetapi lebih mendahulukan kebutuhan primer seperti sembako daripada barang seni yang dianggap barang sekunder. Saya yakin masyarakat Indonesia memiliki inting seni sejak zaman nenek moyang dahulu,” tutupnya.

Pos terkait