MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Hampir seluruh sektor terdampak pandemi Covid-19, tak terkecuali Klitikan Pasar Sumberan (KPS) yang terkenal dengan pasar antik. Pasar Klithikan Sumberan dikenal sebagai pasar lawas atau pasar tempoe doeloe yang menjajagan aneka barang-barang kuno.
Di pasar kuno tersebut juga ada pedagang sayuran dan di sebelahnya ada pasar ikan. Tiap hari penyuka barang-barang antik kerap datang ke pasar kuno tersebut. Pasar ini bukan hanya menjual barang antik, tapi juga ada pedagang yang menjual ikan dan sayuran.
Klithikan Pasar Sumberan (KPS), itulah nama yang mereka gagas menjadi sebuah tempat sederhana, namun menyimpan berjuta kenangan yang jarang ditemui masyarakat era sekarang. Awalnya bangunan itu dikenal masyarakat Pasar Sayur Sumberan. Namun seiring dibangunnya pasar-pasar sayur di sejumlah kecamatan di Wonosobo, sekarang lebih dikenal dengan Klitikan Pasar Sumberan (KPS).
Pasar Klitikan bukan hanya menjual sayur dan ikan tapi juga memperjual-belikan barang-barang kuno. Ada ratusan bahkan ribuan koleksi benda antik di pasar sumberan yang berdiri di atas tanah sewa milik PT Kereta Api Indonesia Yang terletak Jalan. Pakuwojo Nomor 23 Sumberan Utara Kecamatan Wonosobo.
Gedung pasar tersebut menempati lahan sewa di PT Kereta Api Indonesia (Persero), Daerah Operasi (Daop) V Purwokerto.dulu pasar tersebut pernah mangkrak dan tak terurus. Inisiatif sejumlah kolektor benda antik untuk mengembalikan perekonomian di wilayah tersebut dengan berupaya memanfaatkan gedung tersebut menjadi sebuah wadah bagi pecinta dan pemburu barang antik. Namun sejak dilanda pandemi ini sejmlah pedagan mengeluhkan penjualan mereka yang menurun hingga 50 persen lebih.
“Para pedagang mengeluhkan setelah berlakunya peraturan pemerintah yang mengharuskan semua pertokoan dan tempat makan untuk tutup pada pukul 20.00 permintaan ikan mereka menurun hingga 50 persen. Lantaran perputaran uang di masyarakat mengalami stagnan, sehingga para pedagang menyiasati agar kerugian tidak membengkak dengan cara mengurangi pasokan ikan dari petani. Yang dulu sebelum pandemi bisa menjual tujuh sampai delapan kwintal per minggunya. Sekarang mau menjual satu kuwintal seminggu aja susah apa lagi sejak diberlakukanya PPKM, karena para konsumen yang terdiri dari masyarakat dan industri kuliner seperti lesehan, warung makan, restoran dan cetring permintan menurun,” kata Zumaroh.