MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Di sebuah desa yang terletak dibawah pegunungan dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan, terdapat Kepala Desa yaitu Rahmat yang telah menjadi teladan bagi banyak orang. Meskipun jabatannya memungkinkan untuk hidup bermewah-mewah, Rakhmat memilih untuk tetap hidup dengan kesederhanaan dan berkomitmen untuk mengabdi kepada masyarakatnya.
Dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan tulus dalam setiap tindakannya, Rakhmat menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati tidak terletak pada kekayaan materi, tetapi pada integritas, dedikasi dan kepedulian terhadap kepentingan masyarakat.
Dalam setiap keputusannya sebagai kepala desa, Rakhmat selalu memprioritaskan kepentingan bersama dan kesejahteraan masyarakatnya. Dia secara konsisten mendengarkan aspirasi warga desa dan berusaha untuk menyelesaikan setiap masalah dengan bijaksana, tanpa memandang suku, agama atau status sosial.
Seperti visi misi dia sebagai kepala desa yaitu mengabdi untuk beribadah, kemakmuran masyarakat, memajukan ekonomi dan potensi desa. Seperti halnya perubahan yang sudah dilakukan berupa standar rumah sehat, dari awal periode kepemimpinanya, Rakhmat mampu menganggarkan 10 unit rumah sehat per tahunnya selama masa jabatannya.
2 periode 11 tahun ini progres Rakmat dibuktikan dengan sudah tidak ditemukan warga yang pagar rumahnya masih bambu maupun lantai tanah.
Kesederhanaan Rakhmat tercemin dalam gaya hidupnya sehari-hari. Ia tinggal di rumah sederhana dengan dinding yang belum di semen, tidak tergoda oleh gemerlap dunia modern. Meskipun memiliki banyak lahan kosong atau biasa disebut bengkok, Rakhmat tetap teguh pada prinsip-prinsipnya dan mengutamakan pelayanan kepada Masyarakat diatas segalanya.
“Diumur saya yang sekarang, pengabdian untuk desa saya anggap sebagai bentuk ibadah, apapun yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, akan saya lakukan” ujar Rakhmat dengan rendah hati.
“Saya hanya seorang penjaga Amanah yang telah dipercaya untuk melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya”. Kisah hidup Rakhmat menginspirasi banyak orang untuk menghargai nilai-nilai kesederhanaan, integritas dan pelayanan kepada sesama, Ia bukan hanya seorang kepala desa, tetapi juga teladan bagi pemimpin di wilayahnya dengan tulus dan tanpa pamrih.
Mayoritas masyarakat desa Damarkasiyan 90 persen petani sayur, pakcoy dan cabai. Sayangnya harga pasar dan tengkulak cenderung lebih redah dari modal menanam sayuran, sehingga kerap kali petani merasa dirugikan.
Rakhmat berharap pemerintah mendapat mangsa pasar yang pas dan lebih memperhatikan hal ini, supaya petani mendapat upah yang seimbang dengan modal yang dikeluarkan.
Tak hanya pertanian, ia juga sedang meningkatkan ekonomi dengan menyiapkan lahan petani hewan ternak yang nantinya bisa untuk budidaya kambing dan sapi.
Upaya yang dilakukan guna menekan tingkat pengangguran dan meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
Rakhmat turut prihatin atas terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desanya, Damarkasiyan salah satu desa penyumbang tertinggi bagi anak yang hanya lulusan Sekolah Dasar, dikarenakan jumlah sekolah yang masih sedikit dan jarak yang ditempuh untuk ke sekolah dirasa jauh.
Ia mengambil tindakan berupa pengajuan proposal dan permohonan pendirian sekolah kepada Bupati, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya.
Rakmat berharap supaya pemerintah mampu mengubah persyaratan menikah untuk tingkat Pendidikan minimal tingkat SLTA, karena hal ini jika dilakukan dapat menjadi upaya menekan pernikahan dini, tingkat stunting menurun, dan sumber daya manusia meningkat.
Ribut Budiman selaku Serkertaris Desa dan pengawas bumdes bercerita, Damarkasiyan memiliki potensi pariwisata yang unggul di Wonosobo yaitu, Gunung Cilik.
Potensi ini sudah dikelola oleh bumdes yang berdiri sejak tahun 2019 yang sudah memiliki AD ART. 20 persen dana dari pariwisata masuk ke operasional bumdes, 15 persen untuk sosial, 10 persen masuk ke pengembangan pariwisata, 40 persen untuk pendapatan desa, 5 persen untuk komisaris, dan 10 persen untuk pengawas.
Hal ini diterapkan dan disepakati oleh perangkat desa dan BPD.
Tutup buku dana desa hasil pariwisata dilakukan saat ahir tahun, namun untuk dana sosial dilakukan setiap satu bulan sekali. Tahun 2022 pendapatan kotor mancapai Rp.500 juta, untuk tahun 2023 bulan Desember saja mencapai Rp.100 juta dalam kurun waktu 1 bulan.
“saya berharap Bumdes ada devisi pengelola sampah, karena kami ingin masalah sampah selesai, tidak hanya memindah sampah di tempat pembuangan ahir” ucapnya. (Asa)