Jelang Panen Raya, Warga Sidakangen Adakan Ritual Mimiti

Mercusuar.co, Purbalingga – Hamparan padi yang menguning, bertanda sebentar lagi akan dilaksanakan panen. Secara tradisi masyarakat di tanah Jawa akan melakukan ritual “Mimiti” (mengawali) dengan cara sedekah dan sesaji di sawah masing-masing. Namun hal tersebut sudah lama menghilang dan tidak dilakukan lagi oleh sebagian masyarakat di tanah Jawa, khususnya di Desa Sidakangen, Kecamatan Kalimanah,  Kabupaten Purbalingga.

Hal itu menjadi keprihatinan bagi Kepala Dusun 2, Desa Sidakangen, Wahyudi Awan. Karena menurutnya, ritual atau selamatan Mimiti menjelang petik padi yang sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat Jawa merupakan tradisi yang baik dan layak dilestarikan.

“Saya sudah lama tidak melihat ada acara selamatan menjelang panen padi di desa Sidakangen, padahal itu tradisi yang baik. Tradisi di mana orang yang akan memetik hasil di sawah yang merupakan Rizki dari Allah SWT perlu lebih dahulu melakukan sedekah berupa makanan kepada tetangga di lingkungannya,” ujar Kadus Wahyudi Awan kepada Mercusuar.co usai pelaksanaan ritual Mimiti yang diselenggarakan oleh warga Kadus 2, Desa Sidakangen, Senin (27/2/2023) malam.

IMG 20230228 104930
Sesaji diarak dari desa menuju tengah sawah dengan iringan bacaan shalawat Nabi Muhammad SAW.

Keinginannya untuk kembali mengajak warga melestarikan budaya atau tradisi Mimiti, sebelumnya dalam rapat Musyawarah Dusun (Musdus) ia sampaikan agar warga di dusun 2 merencanakan pagelaran tradisi Mimiti bersama-sama.

Senada dengan Kadus Wahyudi Awan, Sekretaris Desa Sidakangen, Suhadi mengatakan, pagelaran tradisi Mimiti di Dusun 2, Desa Sidakangen dilakukan oleh warga dusun 2 yang tergabung dalam Kelompok Tani (Gapoktan) Sangga Ngudi Makmur dan  Ngudi Karya.

“Mimiti ini diselenggarakan oleh warga Dusun 2, utamanya petani yang tergabung di Gapoktan Ngudi Makmur dan Ngudi Karya,” katanya.

Terkait tradisi Mimiti di Desa Sidakangen menurutnya, memang telah lama tidak terlihat ada warga yang melakukan sebelumnya. Namun diakuinya tradisi yang pernah berlangsung hingga beberapa tahun yang lalu, kini penting untuk dikembalikan eksistensinya.

“Ini kan semacam ucapan rasa syukur atas nikmat rizki yang diberikan oleh Allah SWT dengan adanya panen padi. Jadi saya pikir penting untuk kembali dibudayakan lagi, agar warga kembali berusaha  melestarikan tradisi syukuran yang bernama Mimiti ini,” ujarnya.

IMG 20230228 104726
Kades Wagimin memberikan potongan tumpeng kepada Kadus Wahyudi Awan.

Sementara Kepala Desa Sidakangen, Wagimin mengapresiasi kegiatan warganya yang secara serentak mengadakan ritual Mimiti menjelang panen raya di desanya.

Kades Wagimin mendukung sepenuhnya kegiatan yang dilaksanakan dengan cara pasang sesaji di tengah sawah dan dilanjutkan dengan tahlil di malam harinya.

Sebelum meletakan sesaji berupa bunga telon, nasi tumpeng kecil, kelapa muda, dan kopi jembawuk (kopi tanpa gula) sebagai perwujudan rasa hormat terhadap makhluk lain yang berada di sekitar lingkungan dan sawahnya. Sesaji diarak dengan bacaan shalawat Nabi Muhammad SAW.

IMG 20230228 104818
Setelah pembacaan tahlil, warga makan bersama nasi tumpeng.

Kemudian sesaji diletakan di tengah sawah sembari membaca do’a agar rizki yang berupa padi bisa bermanfaat dalam kehidupan bagi pemiliknya. Do’a dipimpin oleh sesepuh Desa Sidakangen, Mbah Salim.

Setelah sesaji diletakan, malam harinya warga Dusun 2 melakukan do’a bersama dengan bacaan tahlil yang dipimpin oleh Kayim Tarsin. Setelah tahlil dilakukan potong tumpeng, kemudian tumpeng dimakan bersama-sama.(Angga)

Pos terkait