Ini yang Dilakukan Pemuda Desa Pekalongan Dalam Menjaga Lingkungan

WhatsApp Image 2025 04 27 at 10.34.45 1200x800 1

MERCUSUAR, PEKALONGAN– Saat sebagian pemuda pilih merantau ke kota, para pemuda Desa Mendolo, Kecamatan Lebakbarang, Pekalongan, Jawa Tengah justru sebaliknya. Mereka memilih menghidupkan desa dengan menjadi petani dan merawat hutan.

“Bertani malah lebih sejahtera, hidup jadi lebih seimbang juga karena semuanya diatur sendiri, kalau buruh diatur bos,” kata Cashudi, pemuda Mendolo sembari tertawa kecil, akhir April lalu.

Bacaan Lainnya

Cashudi bukannya tak pernah merantau. Dia pernah sekali menjadi kuli bangunan (di daerah/kota mana?). Itu pun tak lama, hanya sepekan. Bising suara kendaraan di kota, dan jauh dari keluarga dengan haji tak seberapa membuat pemuda 32 tahun ini tak betah.

Dia kembali ke kampung. Bersama 10 pemuda lain sesama mantan perantauan, dia lantas membentuk Paguyuban Petani Muda (PPM). Kini, PPM yang terbentuk tahun 2019 itu beranggotakan 30 orang.

Niat awal pembentukan PPM ini untuk membantu meningkatkan perekonomian anggotanya dengan pembibitan komoditas unggulan, pengolahan hasil panen, hingga berbagi jaringan penjualan. Inisiatif itu juga mereka wujudkan dengan membuka paket wisata jelajah hutan di sekitar desa.

Gagasan itu mendapat respons positif para pelancong dengan minat khusus. Karena PPM juga menerapkan sistem kuota untuk mengimplementasikan jasa paket wisata minat khusus ini, banyak pelancong yang tak kebagian jika tak reservasi jauh hari. “Banyak yang minat, karena bisa panen durian di tengah hutan dan mengamati burung,” ujar Cashudi.

Aktivitas wisata itu sangat bergantung dari keberadaan hutan. PPM pun makin serius menjaga ekosistem hutan Mendolo, bagian dari kawasan hutan Petungkriyono. Lewat pariwisata, Cashudi dkk, kian menyadari hutan menjadi sumber penghidupan bagi mereka selain kopi, durian, kapulaga, kemukus dan lain- lain.

“Wisata ini tidak akan jalan kalau hutan kami rusak. Maka sejak 2022 prioritas kami adalah menjaga ekosistem Hutan Mendolo,” kata Cashudi kepada Mongabay.

Pada 2023, PPM menanam 700 bibit lokal, 800 bibit tahun lalu. Pada 2025, mereka kembali merencanakan penanaman 1.000 bibit untuk jenis babi, sapi, rau, bendo, hingga klepu.

Konservasi ini karena kawasan hutan banyak terbuka terutama pembukaan lahan untuk perkebunan. Tutupan hutan yang berkurang, dampaknya warga rasakan lewat volume mata air kiat mengecil yang mengalir ke Sungai Wisnu. Dampak lain, populasi burung berkurang yang berdampak pada merebaknya hama ulat.

 

Pos terkait