Mercusuar.co, Jakarta – Pemerintah Indonesia mendesak otoritas Malaysia untuk mengusut secara tuntas insiden penembakan di perairan Selangor yang menewaskan satu warga negara Indonesia (WNI) dan melukai tiga lainnya. Aparat Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) diduga terlibat dalam kejadian tersebut.
Dikutip dari media Kompas Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Hermono, mengonfirmasi bahwa Kepolisian Diraja Malaysia telah menonaktifkan sejumlah personel APMM guna memperlancar penyelidikan.
“Kasus ini sedang ditangani oleh Kepolisian Selangor. Para petugas yang diduga terlibat dinonaktifkan agar investigasi dapat berjalan dengan baik,” kata Hermono, Kamis (30/1/2025).
Terkait kemungkinan pemindahan kasus ke tingkat kepolisian pusat Malaysia di Bukit Aman, Kuala Lumpur, Hermono menyebut bahwa penanganan sejauh ini masih berada di bawah Kepolisian Negara Bagian Selangor.
Berdasarkan keterangan dua korban yang telah ditemui perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, kapal yang mereka tumpangi mengangkut 23 WNI dan tiga awak kapal. Insiden terjadi saat kapal tersebut berusaha menghindari patroli APMM. Setelah ditembaki, kapal kandas di wilayah pantai berlumpur. Sejumlah penumpang melarikan diri, sementara korban tewas serta satu korban luka berat tertinggal di kapal.
Dua WNI yang mengalami luka telah diperbolehkan keluar dari rumah sakit dan kini dalam pendampingan KBRI. Sementara satu korban luka berat masih menjalani perawatan, namun telah sadar dan berada dalam kondisi stabil.
Hermono menjelaskan bahwa lonjakan kepulangan pekerja migran tanpa dokumen biasanya terjadi menjelang hari-hari besar keagamaan seperti Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Setelahnya, banyak dari mereka kembali ke Malaysia dengan identitas baru.
“Arus keluar masuk pekerja migran ilegal ini umumnya melalui Tanjung Balai Asahan, Batu Bara, Dumai, dan Batam. Seharusnya kapal-kapal yang mengangkut mereka bisa ditindak lebih tegas,” ujarnya.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, menegaskan bahwa pemerintah telah meminta Malaysia untuk menangani kasus ini secara hukum. “Kami sudah mendesak agar ada penyelidikan yang transparan dan akuntabel,” ujar Sugiono.
Senada dengan itu, Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri, Mirza Nurhidayat, menekankan bahwa Indonesia ingin memastikan perlindungan terhadap WNI di luar negeri.
“Kami telah menyampaikan permintaan kepada pihak Malaysia agar serius dalam menangani insiden ini,” katanya usai menghadiri peresmian logo 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Thailand di Jakarta.
Mirza menambahkan bahwa pemerintah Indonesia berkomitmen dalam upaya pemberantasan perdagangan manusia. Indonesia telah membangun kerja sama kepolisian dengan enam negara ASEAN guna menangani kejahatan lintas negara, termasuk penipuan daring dan penyelundupan manusia.
Perbedaan Keterangan Soal Insiden Penembakan
Terkait insiden ini, terdapat perbedaan versi keterangan antara otoritas Malaysia dan para korban. Pihak kepolisian Malaysia menyatakan bahwa kapal yang ditumpangi WNI sempat menabrak kapal patroli APMM hingga empat kali dan melakukan perlawanan menggunakan parang panjang.
Namun, dua korban selamat membantah adanya perlawanan. Mereka menyebut bahwa kapal mereka ditembaki tanpa ada konfrontasi terlebih dahulu.
Peristiwa ini terjadi pada Jumat (24/1/2025) dini hari, saat kapal yang membawa WNI tersebut diduga hendak meninggalkan Malaysia secara ilegal. Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, dalam pernyataan tertulis pada Minggu (26/1/2025), mengungkapkan bahwa penembakan dilakukan oleh aparat APMM.
Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan penyelidikan dan menekankan pentingnya kerja sama dengan Malaysia dalam menangani kasus pekerja migran ilegal serta perlindungan WNI di luar negeri.