MERCUSUAR.CO, Purbalingga – Hari ini, Selasa, (2/6/2021) adalah hari pertama Madrasah Ibtidaiyah (MI) melangsungkan Penilaian Ahir Tahun (PAT). PAT tahun ini masih berjalan sesuai protokol kesehatan, mengerjakan soal di rumah masing-masing siswa.
Tofik Nurohman, Kepala MI Ma’arif Karangsari 2 mengatakan pihaknya masih tetap konsekwen melakukan PAT sebagaimana pembelajaran sebelumnya. Siswa datang untuk mengambil soal PAT kemudian dikerjakan di rumah.
“Tapi kamipun masih harus bijak pada anak-anak dan orang tua. Disamping tetap PAT dari rumah, sebagaian kami atur untuk PAT di sekolah,” katanya.
Pembagiannya, lanjut dia, kelas 1, 2 dan 5 masuk kelas full. Sedang kelas 3 dan 4 sehari masuk sehari belajar di rumah. Jam pembelajaran tatap muka (PTM) maupun PAT hanya berlangsung 2 jam, dari jam 08.00 – 10.00 WIB.
“Baik PTM maupun PAT jadwalnya sama, ada yang sehari masuk, sehari di rumah. Sedang dalam PAT sekali pertemuan ada 2 mata pelajar, satu dikerjakan di sekolah dan satunya dikerjakan rumah,” lanjutnya.
Hal ini dilakukan sebagaimana kesepakatan beberapa Madrasah yang memang merasa kasian jika anak didiknya terlalu lama belajar sendiri di rumah. Mereka tidak maksimal dalam melakukan tugas apalagi belajar sendiri mengikuti sistem yang diberlakukan.
“Kasian anak-anak kalau terlalu lama belajar tanpa pendampingan guru, mereka bahkan bisa sama sekali tidak belajar. Apalagi yang ma’af, SDM orang tuanya terbatas, anaknya sangat kebingungan untuk mengikuti pembelajaran secara daring,” ungkapnya.
Tofik juga menjelaskan PTM maupun PAT yang beselang seling ini sudah sesuai dengan prosedur Gugus Covid 19. Disamping tetap memberlakukan protokol kesehatan, masing masing madrasah mengantongi ijin dari Satgas Covid 19 tingkat desa masing masing.
“Pemberlakukan PTM sudah sesuai dengan prosedur protokol kesehatan. Apalagi siswa per kelas tidak banyak Madrasah yang jumlah siswanya melebih dari 10 anak, ada yang cum 5 anak, 6 atau 7 anak. Jadi disamping masuk dengan cuci tangan, mengenakan masker, dengan jumlah siswa yang sedikit sangat mudah diatur untuk jaga jarak,” jelasnya.
Begitu juga yang diungkapkan Kholik, guru kelas 6 MI Ma’arif NU Gemuruh, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga. Pembelajaran terhadap siswanya terkendala banyak hal, salah satunya pendampingan orang tua yang tidak maksimal.
“Saya setiap hari rutin memberikan pelajaran, baik menggunakan zoom, penyampena materi lewat whatsapp group, pengiriman video pembelajaran di grup kelas, sampai membuat grup google clas room, tapi tidak satupun yang efektif. Ya kita kembali pada SDM yang memang belum siap belajar jarak jauh,” ungkapnya.
Di samping itu, pengajar dalam menangani pembelajaran secara daring maupun luring butuh kemampuan dan kerja keras agar bisa menemukan cara terbaik dalam pembelajaran jarak jauh. Pun begitu tidak banyak membauhkan hasil sesui keinginan.
“Contoh, saya kirim video pembelajaran, sampai berganti hari tidak ada yang melihat apalagi mengerjakan jika pembelajaran itu ada soal yang harus dikerjakan. Untuk absen pagi hari dengan mengirim foto ke group saja tidak mau,” lanjutnya.
Hal ini terjadi menurut Kholik banyak faktor, “mulai dari faktor kuota, orang tua yang tidak sempat mendampingi, handphone yang dibawa kerja orang tuanya dan anak-anak yang sudah terlanjur memiliki faham tidak berangkat berarti libur. Jadi mereka banyak yang memilih bermain di lauar rumah atau bahkan ikut orang tuanya ke sawah atau ke pasar,” ujarnya.
Kholik menambahkan, PTM maupun PAT yang dibikin selang seling, sehari berangkat sehari di rumah setidaknya bisa mengurangi kesulitan anak dan guru dalam proses belajar mengaja. Pada prinsipnya belajar bagi siswa madrasah tingkat Ibtidaiyah masih sangat kesulitan jika semuanya dilakukan secara jarak jauh.(*)