Mercusuar.co, Purbalingga – Perayaan Hari Raya Idul Fitri telah turun temurun menjadi ajang tradisi saling memaafkan antara sesama umat manusia, terutama bagi umat Islam. Mereka berkunjung ke rumah orang tua, tetangga, dan sanak saudara serta teman atau kerabat terdekat.
Namun seiring perjalanan waktu, tradisi berkunjung mulai menipis, berkeinginan silaturahmi Mukai berkurang. Alasannya sederhana, tidak lagi nayak waktu tersisa untuk hal tersebut, karena banyaknya kesibukan.
Untuk menyikapi hal tersebut, banyak di antara kelompok masyarakat yang memanfaatkan peluang idul Fitri dengan cara bersalaman secara masal. Usai melakukan shalat Id mereka berbaris di depan masjid atau di sepanjang jalan untuk bersamanya secara berurutan.
Hal ini juga dilakukan oleh warga masyarakat Dusun 2, Desa Sidakangen, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga. Warga di sekita dusun tersebut melakukan salaman masal, untuk saling memaafkan di sepanjang jalan yang melintas di dusun tersebut.
Kepala Dusun 2, selaku kordinator acara salaman masal Dusun 2, Wahyudi Awan mengatakan, hal tersebut dilaksanakan sebagai upaya menyikapi sepinya tradisi berkunjung pada perayaan hari raya idul Fitri yang mulai marak di masyarakat.
“Di samping sudah tersedia adanya teknologi handphone yang memudahkan orang dalam melakukan silaturahmi online, kesibukan masing-masing orang juga menjadi latar belakang sepinya minat berkunjung. Hal ini yang menjadi inspirasi kami menggelar salaman masal ini,” ungkap Wahyudi Awan kepada mercusuar.co usai pelaksanaan salaman massal di Dusun 2, Desa Sidakangen, Sabtu (22/4/2023).
“Acara ini kami laksanakan di hari Sabtu (22/4/2023) karena mayoritas warga Desa Sidakangen adalah warga Nahdliyin yang mengikuti lebaran hari Sabtu,” lanjutnya.

Wahyudi Awan menjelaskan, tradisi salaman masal sudah beberapa kali ini dilakukan. Sedang menurutnya mayoritas masyarakatnya sepakat dengan tradisi tersebut.
“Kebetulan masyarakat juga sepakat. Walau sebenarnya kegiatan seperti ini juga mengakibatkan kunjungan ke rumah tetangga menjadi sepi. Yang nampak tinggal satu atau dua warga yang lalu lalang berkunjung ke rumah orang tua atau saudara yang dekat,” ujarnya.
Namun baginya, kegiatan yang hanya memakan waktu satu jam itu diambil hikmah dan nilai positifnya. “Nilai positifnya seluruh warga bisa bertemu semua, bersalam semua, hingga bisa berziarah ke makam bersama-sama,” terangnya.
Diketahui, suasana salam masal tersebut juga dimanfaatkan banyak warga untuk berbagi, baik makanan, minuman atau bahkan sedikit uang jajan untuk anak-anak yang ikut bersalaman. Terlihat di beberapa halaman rumah tersedia makanan dan jajan buat anak-anak.

Kemudian usai melaksanakan salaman bersama, warga Dusun 2 serentak melaksanakan ziarah ke makam orang tua atau saudara masing-masing. Di makam tersebut dilaksanakan do’a bersama yang di pimpin oleh Kyai Suhadi yang kebetulan juga menjabat sebagai Sekretaris Desa (Sekdes) Sidakangen.(Angga)