PURBALINGGA, Mercusuar.co – Di jalan kampung dekat stasiun ngai Laban, di bawah perbukitan bagian utara Kabupaten Purbalingga, sekurangnya 100 anak dengan tekun menggoreskan malam di atas kain putih. Mereka yang terdiri dari usia PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTs rupanya sedang mengikuti acara membatik bersama pada pagelaran Festival Batik 2024 di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Sabtu (5/10)2024).
“Mereka semua adalah anak-anak yang telah mengikuti pelatihan membatik secara dasar yang diadakan oleh Kelompok Perajin Batik Limbasari,” ungkap Ketua Kelompok Perajin Batik Limbasari, Edi Suwarto kepada Mercusuar di sela-sela pagelaran.
Ia menjelaskan, acara membatik bersama merupakan rangkaian acara pada Festival Batik Limbasari yang ke 2. Sebelumnya, tahun 2023, tepatnya pada tanggal 5 Oktober setahun yang lalu, hal yang sama juga sudah diadakan sebagai festival Batik Limbasari yang pertama.
“Bedanya, kalau dulu semua perajin batik Limbasari yang melakukan membatik bersama di tengah sawah. Untuk saat ini kita mengambil lokasi di tepi sungai Laban di ujung jalan menuju perbukitan ,” jelasnya.
Pria yang akrab dipanggil Edi Batik ini juga menyampaikan, festival tahun ini masih menyajikan peragaan busana batik sebagaimana tahun lalu. Batik dan busana yang dipakai para peraga adalah hasil karya goresan canting para perajin batik Limbasari dan para desainer lokal warga lokal Limbasari.
“Tahun lalu kita buatkan catwolk di jalan tani tengah sawah yang dikelilingi perbukitan, kalau jari ini kita berikan ruang di bebatuan di atas sungai Laban sebagai tempat pengambilan gambar,” terang Edi.
Disampaikan, dalam perhelatan berbalut kebudayaan tersebut melibatkan sekurangnya 80 perajin batik desa Limbasari, kegiatan tersebut dimulai sejak pagi hari hingga malam hari. Malamnya dilaksanakan kegiatan berupa sarasehan budaya yang membedah sejarah lahirnya Desa Limbasari serta nonton bersama film sejarah Limbasari.
Dalam kegiatan tersebut, panitia menghadirkan dua narasumber yakni Sarjana Arkeologi dan pemerhati sejarah Adi purwanto dan Junedi (penjaga situs purbakala batu gelang dan batu gledeg) di desa Limbasari.
“Kedua narasumber ini membedah sejarah Limbasari dan berbagai bukti sejarah yang hingga kini masih terjaga dengan baik sebagai cagar budaya,” ungkapnya.
Sementara itu, secara terpisah Ajeng, salah satu panitia pelaksana Festival Batik Limbasari menambahkan, kegiatan kali kedua tersebut juga dimeriahkan dengan kesenian tradisional berupa karawitan dan kentongan. Disamping itu, selama pagelaran bernuansa seni budaya dan tradisi tersebut juga disajikan beraneka kuliner yang tersaji di sejumlah stand bazar UMKM.
“Kita juga menyajikan beraneka macam kuliner hasil olahan warga Limbasari. Seperti halnya Kopi Barisan, minuman hasil olahan buah Maja, aneka olahan belut sawah, dan beberapa kuliner hasil olahan ubi, singkong, pisang dan tempe,” ujarnya menjelaskan.(Angga)