MERCUSUAR.CO, Jakarta – Harga emas global mengalami penurunan pada Senin, 29 April 2024, terpengaruh oleh aksi ambil untung dari investor menyusul kenaikan harga yang signifikan baru-baru ini. Kestabilan harga emas diperkirakan akan terus berfluktuasi selama minggu ini seiring pasar yang menantikan keputusan kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Berdasarkan data yang dirilis oleh Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat, 26 April 2024, harga emas berada pada US$2,337.71 per troy ons, meningkat sebesar 0,25% dari hari sebelumnya, mencapai puncaknya yang tertinggi sejak 19 April 2024.
Namun, pada hari Senin, harga emas menunjukkan penurunan sebesar 0,11% menjadi US$2,335 per troy ons pada pukul 06:05 WIB. Menurut laporan dari cnbcindonesia.com, penurunan ini masih dianggap sebagai koreksi yang sehat, dan tidak mengejutkan bahwa beberapa investor memilih untuk merealisasikan keuntungan mereka saat ini, terutama mengingat diperkirakan bahwa siklus pelonggaran The Fed akan tertunda hingga kuartal terakhir tahun ini.
Fokus pasar saat ini tertuju pada panduan kebijakan moneter yang akan dikeluarkan oleh The Fed minggu ini, dengan ekspektasi bahwa bank sentral tersebut akan mempertahankan sikapnya selama musim panas dan kemungkinan besar tidak akan membuat perubahan kebijakan sampai setelah pemilihan umum AS tahun 2024 selesai.
Menurut CME FedWatch Tool, diprediksi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada kisaran 5,25-5,5% dalam pertemuan-pertemuan mendatang pada bulan Mei, Juni, dan Juli 2024. Kebijakan moneter ketat dari The Fed mendukung nilai tukar dolar yang lebih kuat dan yield obligasi yang lebih tinggi, yang keduanya cenderung membatasi kenaikan harga emas.
Meskipun ada sedikit penurunan, analisis menunjukkan bahwa emas masih memiliki potensi untuk menguat kembali, didorong oleh faktor-faktor seperti kekhawatiran inflasi global dan ketegangan geopolitik. Penambahan utang AS yang besar juga menjadi faktor pendorong, terutama karena bank sentral telah meningkatkan pembelian emas mereka dalam dua tahun terakhir sebagai diversifikasi dari kepemilikan dolar AS.
Chantelle Schieven, Kepala Riset di Capitalight Research, menggarisbawahi bahwa tingginya tingkat utang pemerintah AS merupakan salah satu alasan utama mengapa bank sentral dunia cenderung membeli emas dalam jumlah besar. “Dengan peningkatan utang, tidak mengherankan bank sentral memilih untuk mengurangi kepemilikan dolar AS mereka dan lebih memilih untuk mendiversifikasi,” ungkapnya.