Eksportir 80 persen Berasal dari UMKM

29ikemendag pwr fid
MERCUSUAR.CO/Dok - Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag, Marolop Nainggolan, memberikan motivasi dalam Workshop UMKM di area Pasar Umpet, Desa Popongan Kecamatan Banyuurip, kemarin.

MERCUSUAR.CO, Purworejo – Eksportir dari Indonesia saat ini 80 persen berasal dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini sudah tidak ada lagi batasan bagi UMKM untuk ekspor, hanya perlu menanamkan kepercayaan diri pada pelaku UMKM untuk melakukan ekspor.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan, Marolop Nainggolan, dalam Workshop UMKM bertajuk “Dukung UMKM Naik Kelas & Go Export” yang berlangsung di area Pasar Umpet, Desa Popongan, Kecamatan Banyuurip.

Marolop Nainggolan mengemukakan, para pelaku UMKM diminta tidak takut untuk masuk pasar ekspor. Menurutnya, saat ini tidak ada lagi batasan bagi pelaku UMKM untuk melakukan ekspor.

“Terbukti, 80 persen eksportir kita adalah UMKM, jumlahnya ada sekitar 13.000. Jadi sebenarnya tidak ada batasan, yang jadi masalah itu hanya kepercayaan diri untuk ekspor,” terangnya, Rabu (29/9).

Terlebih, lanjutnya, telah banyak fasilitasi yang diberikan oleh pemerintah kepada UMKM. Oleh karena pihaknya terus mendorong UMKM untuk masuk pasar Internasional.

“Jadi memang terus saya dorong UMKM untuk masuk ekspor, mari kita mulai karena fasilitas yang diberikan oleh pemerintah cukup banyak,” imbuhnya.

Kepada sejumlah pelaku UMKM yang hadir, ia menyatakan bahwa pandemi yang berlangsung selama lebih dari 1,5 tahun ini memang sangat berdampak bagi sektor perdagangan, khususnya UMKM. Namun, kondisi saat ini dapat disiasati dengan adanya kreativitas dan tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes).

Bentuk kreativitas itu antara lain dengan cara pemasaran digital. Sementara untuk para pedagang yang menjajakan produknya di pasar, mereka masih dapat beraktivitas dengan disiplin Prokes.

“Pada masa PPKM seperti ini pengelola pasar diharapkan bisa mengatur. Jangan sampai tidak bisa berdagang hanya salah pengaturan Prokes, terutama pelaku UMKM yang penghasilan harian. Upayakan tidak ada yang terpapar, tapi bisnis tetap jalan,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, pihaknya juga mendorong agar pelaku UMKM meningkatkan kualitas produknya agar dapat naik kelas. Pelajari strategi pemasaran dan peluang-peluang yang ada sehingga mampu bersaing dengan produk serupa.

“Produk UMKM di sini kreatif-kreatif, jadi harus terus dikembangkan,” katanya.

Hariyono, Perintis Pasar Umpet mengatakan, pasar yang terletak di sebelah barat Jembatan Gantung penghubung Desa Popongan, Kecamatan Banyuurip dengan Desa Semawung, Kecamatan Purworejo tersebut ada sejak sekitar 3 bulan lalu. Selama pandemi operasional dibatasi hanya untuk tiap hari Minggu dengan mengutamakan sistem take away.

“Kebanyakan pembeli hilir mudik. Prokes kita jaga ketat, misalnya wajib cuci tangan, cek suhu, dan yang tidak pakai masker kita pakai masker gratis,” ujarnya.

Menurutnya, kehadiran para pejabat dari Kemendag dan Astra sangat memotivasi para pelaku UMKM yang saat ini jumlahnya mencapai 30 lapak. Produk-produk yang selama ini dihasilkan warga dari berbagai desa diharapkan mampu terus berkembang dan menembus pasar ekspor.

“Ini sangat memotivasi kami. Ini masih dalam proses pembentukan koperasi agar ke depan pengelolaan lebih baik,” katanya. (fid)

Pos terkait