WONOSOBO, Mercusuar.co – Sebanyak 13 koperasi desa yang tergabung dan akan tergabung dalam Kelompok Pengelola Migran Sejahtera (KPMS) mengikuti workshop penguatan kapasitas pengelolaan dan pencatatan keuangan koperasi berbasis digital. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari upaya memperkuat pengelolaan dan pencatatan keuangan koperasi untuk memberikan kemudahan akses dan efisiensi kerja seluruh elemen koperasi.
Workshop ini berlangsung pada Kamis, 22 Mei 2025 di Resto Ongklok Wonosobo yang difasilitasi oleh Sosial Analysis and Research Insitute (SARI) Wonosobo dan didampingi oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini melibatkan pengurus dan anggota dari 10 koperasi desa lama yang sudah tergabung dalam KPMS dan 3 koperasi baru yang akan resmi bergabung pada tahun 2025.
Ketua SARI Wonosobo, Tri Hananto menegaskan Digitalisasi koperasi adalah bentuk adaptasi terhadap desakan dari perkembangan zaman yang sudah menjadi kebutuhan agar koperasi lebih modern, efisien dan transparan seiring dengan tuntutan perkembangan teknologi.
“Kami menyadari bahwa pengelolaan koperasi tidak bisa lagi berjalan di tempat dengan seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri dengan era digital,” ujarnya.
Tri menambahkan bahwa pendampingan terhadap koperasi-koperasi ini sudah dimulai sejak tahap awal pembentukan. Kini, koperasi telah memasuki tahap digitalisasi yang bertujuan agar para pengurus dapat memahami penggunaan sistem secara lebih mendalam dan mandiri.
“Cukup dengan satu kali kilik, kita bisa melihat kondisi keperasi dari mana saja unit usaha, kegiatan simpan pinjam, buku harian hingga buku besar semua terekam. Ini tidak hanya memudahkan pengurus, tapi juga anggota dan pihak lain yang berkepentingan,” jelasnya.
Di dalam sistem digitalisasi ini mencakup cukup luas seperti, pencatatan daftar penting keseluruhan daftar anggota, pengurus, karyawan, laporan keuangan, notulen rapat, hasil pengawasan hingga rekomendasi pemeriksaan.
Dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) kedua yang digelar di Desa Kalidesel Gondang, tercatat terdapat 222 anggota aktif yang tersebar di 10 desa. Koperasi desa rata-rata mengelola unit usaha simpan pinjam, dengan skema simpanan pokok sebesar Rp50.000, simpanan wajib Rp10.000, serta simpanan sukarela dan tabungan. Selain itu, setiap koperasi desa juga menjalankan usaha toko sembako dengan omzet rata-rata mencapai Rp80 juta.
KPMS Winosobo sendiri berdiri pada 29 Desember 2022. Sebagai koperasi produsen hasil inisiatif program pemberdayaan ekonomi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan keluarganya.
Namun, tantangan yang masih dihadapi dalam pengelolaan toko sembako, khususnya terkait keterbatasan modal dan suplai bahan baku. Hingga kini, koperasi belum memiliki tempat khusus untuk menampung dan menjual produk dari para purna migran.
“Kendala kami saan ini adalah pemenuhan bahan baku udaha di masing-masing desa, kerena ketersediaan lokal yamg masih terbatas. Produk dari teman-teman PMI juga belum dapat kami olah dengan maksimal,” ungkap Tri Hananto ,Ketua SARI Wonosobo.
Workshop ini dihadiri oleh para perwakilan koperasi desa dari sejumlah kecamatan, antara lain: Sukoharjo (Rogojati, Rejosari, Tlogo), Leksono (Lipursari, Kalimendong), Watumalang (Gondang, Kuripan, Samamanggi), dan Kertek (Ngadikusuman , Surengede, Bojasari, Sindupaten). Dengan anggota aktif mencapai 222 yang tersebar di tiap Desa di Wonosobo dan ditambah dengan anggota dari 3 desa baru menjadi 250-an anggota.
Digitalisasi koperasi desa ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pengelolaan keuangan, memperluas jangkauan layanan, serta memperkuat keberdayaan ekonomi masyarakat desa di Wonosobo.(eby)