MERCUSUAR, JAKARTA- Menginjak setahun pemerintahan per 20 Oktober 2025, catatan bukan hanya ditujukan bagi Presiden Prabowo Subianto, namun juga Wakil Presiden Gibran Rakabuming.
Pengamat politik Iqbal Themi mengakui Gibran dinilai belum mampu mewujudkan harapan besar anak muda yang dulu mengiringi langkah politiknya. Sosok yang sempat dielu-elukan sebagai ikon generasi baru kini dianggap gagal menjadi suara anak muda di puncak kekuasaan.
Ia menilai Gibran tersandera oleh dua narasi besar yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, Gibran diharapkan menjadi wajah baru politik muda yang progresif, tetapi di sisi lain ia juga dibaca publik sebagai simbol keberlanjutan dinasti kekuasaan keluarga Presiden RI ke-7 Joko Widodo.
Iqbal mengatakan, pertentangan dua narasi itu membuat langkah politik Gibran gamang dan kehilangan arah.
“Gibran seperti berdiri di antara dua dunia kekuasaan, yakni generasi lama yang masih dominan dan pegang kendali serta generasi muda yang mulai kecewa karena tak merasa diwakili,” ujarnya saat dihubungi, Senin (20/10).
Satu-satunya inisiatif yang sempat mencuat, lanjut Iqbal, adalah ‘Lapor Mas Wapres’. Namun dalam praktiknya, program itu belum mampu menjadi ruang bagi anak muda untuk mengekspresikan aspirasi dan kritik terhadap kekuasaan secara efektif.
Iqbal juga menyoroti absennya Gibran dalam berbagai isu yang ramai di kalangan anak muda, seperti gerakan #IndonesiaGelap, #KaburAjaDulu, hingga gelombang protes mahasiswa terhadap DPR.
“Dalam momen-momen seperti itu, anak muda tentu berharap Gibran hadir sebagai pemimpin muda yang mampu menerjemahkan keresahan generasinya menjadi suara politik yang didengar kekuasaan, tapi kenyataannya harapan itu tidak terwujud,” kata Direktur Eksekutif SCL Taktika itu.
Meski begitu, Iqbal menilai Gibran masih memiliki waktu untuk membuktikan diri. Masih ada empat tahun ke depan untuk menunjukkan bahwa dirinya bukan sekadar pewaris politik keluarga, melainkan bagian dari regenerasi politik bagi masa depan anak muda.
Lebih banyak seremonial
Senada, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai Gibran dalam setahun terakhir dinilai belum menunjukkan peran signifikan. Kinerja putra sulung Jokowi itu dinilai lebih banyak dalam acara seremonial.
“Peran wapres belum kelihatan signifikan. Hanya terlihat di sejumlah acara seremonial dan beberapa kunjungan,” kata Adi saat dihubungi, Minggu (19/10).
Menurut Adi, belum ada peran spesifik yang dikerjakan Gibran. Berbeda dengan dua mantan presiden pendahulunya, seperti Ma’ruf Amin yang mengurus ekonomi syariah, atau Jusuf Kalla yang lebih spesifik mengurus ekonomi.
“Berbeda dengan JK yang misalnya fokus urusan ekonomi. Kyai Maruf Amin yang berkecimpung di ekonomi syariah,” kata dia.