Bundengan, Alat Musik Tradisional dari Wonosobo Jawa Tengah

download 1

MERCUSUAR.CO Wonosobo – Para penggembala bebek di daerah Wonosobo, Jawa Tengah, apabila hujan datang atau sinar mentari menyengat. Para penggembala masuk sebuah alat unik bernama Kowangan untuk melindungi mereka dari sinar matahari. Alat itu berupa sebuah tudung besar yang dapat melindungi kepala dan tubuh mereka.

Seiring waktu, di sisi dalam Kowangan itu dibentangkan senar dan tiga bilah bambu di sela-sela anyaman. Senar di dalam Kowangan mampu menciptakan bunyi seperti perangkat bendhe pada gamelan.

Sedangkan tiga bilah bambu mampu menghasilkan bunyi menyerupai kendang dan gong. Akhirnya, alat tradisional itu menjadi sebuah alat musik bernama Bundengan.

Lalu bagaimana sejarah alat musik unik ini tercipta? Dan bagaimana pula penggunaan Bundengan pada masa kini? Berikut selengkapnya:

Dilansir dari Kemenparekraf.go.id, keberadaan alat musik Bundengan sudah diketahui sejak abad ke-12 berdasarkan tulisan pada Kitab Wreta. Pada tahun 1930, Kunnst, seorang etnomusiologis dari Belanda menemukan sekelompok penggembala bebek yang saling duduk membelakangi dan membentuk lingkaran. Mereka bersenandung dengan iringan musik dari tudung yang melindungi kepala mereka sembari beristirahat menunggu hujan reda.

Pada tahun 1968, Bundengan digunakan sebagai alat musik pengiring kesenian lengger topeng. Selain itu alat musik tersebut digunakan sebagai musik pengiring lagu-lagu seperti Kebo Giro, Gones, Sumiyar, Kinayakan, Bribil, maupun Cuthang. Waktu itu, seniman yang mempopulerkan alat musik tersebut adalah Barnawi.

Pos terkait