Belasan Warga Positif Covid-19, Dua RT di Sleman Lockdown Mikro

lockdown

MERCUSUAR.CO, Sleman – Dusun Nglempong di Padukuhan Ngemplak II, Kalurahan Umbulmartani, Kapanewon Ngemplak, Sleman diberlakukan lockdown mikro menyusul temuan 12 warga yang terpapar Covid-19.

Lockdown skala mikro ini sudah diterapkan sejak Rabu (26/5) berupa pembatasan akses warga keluar masuk kampung. Pembatasan rencananya dilakukan sampai dengan Minggu (30/5). 

“Ada dua RT yang dilockdown yakni RT 1 dan RT 2 RW 15. Lockdown yang dimaksud di sini adalah akses dibatasi satu pintu, dan tidak sembarang orang bisa keluar masuk kecuali untuk keperluan darurat,” terang Panewu Ngemplak, Siti Wahyu Purwaningsih saat dikonfirmasi, Kamis (27/5). 
 
Selama pemberlakuan lockdown mikro, satu-satunya akses keluar-masuk kampung dijaga ketat. Sebelumnya,  pengurus RW sudah mengumumkan kepada warga supaya menyiapkan stok kebutuhan sehari-hari paling tidak untuk lima hari. 

“Warga yang bekerja maupun sekolah diminta libur. Kami keluarkan surat rekomendasi sebagai pengantar di tempat kerja atau sekolah,” kata Siti.

Hingga saat ini, 10 warga yang dinyatakan positif Covid-19 masih menjalani isolasi mandiri, sedangkan 2 orang lainnya dirawat di rumah sakit. Indikasi klaster di padukuhan ini mulai diketahui pada tanggal 19 Mei 2021. 

Kala itu dilaporkan ada satu orang warga yang dirawat di rumah sakit dinyatakan positif Covid-19. Setelah dilakukan tracing, berkembang menjadi 12 warga. 

Pada Kamis (27/5), Satgas Penanganan Covid-19 Ngemplak melakukan skrining massal terhadap 304 warga yang berdomisili di wilayah Nglempong. Sebanyak 51 orang menjalani uji swab, dan sebagian besar sisanya dites rapid antibodi.

“Dari hasil koordinasi bersama satgas kalurahan, jika ada yang positif diutamakan isolasi mandiri rumah apabila fasilitasnya memadai karena  lebih humanis dan nyaman. Untuk kebutuhan sembako akan disediakan oleh satgas kalurahan,” kata Kepala Puskesmas Ngemplak I, Seruni Angreni Susila.

Kasus di Nglempong sejauh ini belum dinyatakan sebagai klaster. Sebab jumlah kasus dirasa masih relatif sedikit dan tidak merata. Namun sumber penularan kasus telah terindikasi yang diduga bermula dari acara silaturahmi lebaran.

“Setelah kami petakan, polanya acak dan antar pasien tidak ada hubungan keluarga. Kemudian ditelusuri ternyata muncul informasi kegiatan ujung (silaturahmi lebaran) yang tidak sesuai prokes pakai jabat tangan, dan cium pipi,” ungkapnya.

Pos terkait