KARANGANYAR, Mercusuar.co – kunjungan belajar dalam program Overseas Explore Programe ITE West College salah satu sekolah vokasi di Singapura 21-25 Sept 2025, ditutup dengan belajar menari dan menggambar wayang. Acara yang dilaksanakan di Ponpes Hidayatut Thullab dengan berbagai program belajar praktek.
Sejumlah 40 siswa dari berbagai ras dan agama, bercampur bekerjasama dengan para santri pesantren, diasuh oleh 4 orang Cikgu pembimbing dan para Coach dari Cuat Consulting. Dari hari pertama, selain melakukan explorasi beberapa destinasi wisata di Solo Raya juga melaksanakan program pemberdayaan. DPP Ikatan Pesantren Indonesia dan DPW Jawa Tengah terlibat dalam kegiatan. Hadir dari DPP Wakil Ketua Umum dan Ketua Pariwisata DPP IPI.
Destinasi wisata yang dipilih diantaranya Air Terjun Jumog Ngargoyoso, Rumah Atsiri Tawangmangu, Wisata Batik Kauman Solo dan Pusat Pembelanjaan Solo. Sedang program pemberdayaan yang dilakukan di Ponpes Hidayatut Thullab dengan budidaya ikan gurame, penataan budidaya kambing dan juga bercocok tanam seperti cabe, terong dan tomat.
“Ini merupakan kolaborasi apik, lintas bangsa, lintas agama, lintas ras / suku. Mereka datang bukan hanya muslim tapi ada yang lain. Bukan hanya Melayu,Thiong Hoa juga ada India. Kita bersama-sama, bersatu dalam program nyata, pemberdayaan langsung di kolam gurame, kandang kambing dan kebun cabe, terong dan tomat”, penjelasan Yant Subiyanto, Wakil Ketua Umum Ikatan Pesantren Indonesia (DPP IPI).
Untuk penguatan pembelajaran dari budaya di Karanganyar, semua peserta bersama-sama dengan santri pondok pesantren melakukan belajar menari dan menggambar wayang. Intruktur tari dari para guru SD N Mojogedang Bu Maryati, Pak Sumanto dan Pak Catur Wahyudi. Sedangkan kegiatan menggambar wayang dan cerita tokoh dipimpin langsung Yant Subiyanto.
Para siswa dari ITE West College bersama para santri, juga menampilkan secara bergantian dengan unjuk seni kedua negara. Dari mulai menyanyikan lagu kebangsaan kedua negara secara bergantian, pentas seni pencak silat Pagar Nusa, pentas seni melayu, tarian dari siswa MTS Al Maarif dan sharing berbagai kesan pesan.
“Kami pesantren memerlukan banyak wawasan dan bertukar ilmu, bukan saja dari saudara-saudara di Indonesia, juga dari negeri lain. Agar santri-santri kami memiliki wawasan luas, lebih mudah memasyarakat setelah lulus pondok dan mampu menciptakan lapangan kerja”, disampaikan Kyai Fauzan Suratno, Pengasuh Ponpes Hidayatut Thullab.fendi