MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Di Masjid Amalaqob Munfisi Desa Bojasari, Kecamatan Kertek, Wonosobo, tersimpan sebuah Al-Qur’an yang unik, terbuat dari daun kurma dengan asal-usul yang masih menjadi misteri.
Al-Qur’an dengan ukuran 60×40 sentimeter ini disimpan dengan rapi dalam lemari khusus di masjid tersebut. Terdiri dari 17 lembar pelepah daun kurma yang disusun secara rapi membentuk satu halaman.
Tulisan Arab pada pelepah daun kurma tersebut masih terlihat jelas, tanpa harakat. Seperti Al-Qur’an pada umumnya, dimulai dengan surat Al Fatihah dan dilanjutkan dengan surat Al Baqarah.
Izzudin, penanggung jawab Al-Qur’an daun kurma dan Imam Masjid Amalaqob Munfisi, menjelaskan bahwa tulisan pada Al-Qur’an ini lebih padat daripada Al-Qur’an biasa, dengan perbandingan 1 halaman menjadi setara dengan 6 halaman Al-Qur’an biasa.
“Sedangkan untuk bagian sampulnya, menggunakan kulit kambing. Namun, kita belum pasti tahu jenis tinta yang digunakan untuk menulis Al-Qur’an di pelepah daun kurma ini,” katanya.
Selain keunikan dalam bahan dan penulisan, asal-usul Al-Qur’an daun kurma ini masih menjadi misteri. Izzudin menceritakan bahwa Al-Qur’an ini tiba-tiba dikirim oleh seseorang yang tidak dikenal pada tahun 2017.
Pengirim tersebut mengaku membawa Al-Qur’an ini dari Tanah Suci Mekkah, Arab Saudi, setelah menyelesaikan ibadah haji. Al-Qur’an tersebut kemudian diberikan kepada Kiai Ali Masykur Wonosobo.
“Kemudian, setelah mencari keberadaan Kiai Ali Masykur Wonosobo selama 1,5 tahun, akhirnya Al-Qur’an ini diserahkan kepada kami di Desa Bojasari untuk dirawat,” ujarnya.
Ia menduga bahwa pengirim Al-Qur’an ini adalah guru dari Kiai Ali Masykur, yaitu Kiai Abu Na’im, karena sebelumnya sempat ditanyakan apakah Kiai Ali Masykur mengenalnya.
Meskipun asal-usulnya masih menjadi misteri, Al-Qur’an daun kurma ini tetap menjadi warisan spiritual yang dihargai dan dirawat dengan baik oleh masyarakat setempat.