Mercusuar.co, Semarang – Keberhasilan dalam membangun jejaring kerja sama antar-institusi/perusahaan merupakan salah satu ciri organisasi dengan kemampuan adaptif Al-Matin (Al-Matin Adaptive Capability—MACa). Al-Matin merupakan salah satu dari asma’ul husna Allah, sehingga menjadi satu kebaruan yang dihasilkan untuk menyelesaikan research gap, yaitu MACa atau kemampuan menyesuaikan diri yang kukuh.
Hal itu diungkapkan Dr Fadjar Setiyo Anggraeni, SE., MAk, ketika memaparkan disertasinya pada Ujian Terbuka Promosi Doktor di Ruang Seminar Lantai 2, Gedung Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Unissula), Kamis (9 Februari 2023) kemarin.
Disertasi berjudul “Al-Matin Adaptive Capability: Strategi Meningkatkan Kinerja Organisasi” itu dipaparkan di depan tim penguji yang terdiri Prof Dr Heru Sulistyo SE Msi, Prof Dr Mutamimah SE MSi, Dr Marsum BE, SPd, MHP, Prof Dr Widodo SE MSi, Prof Dr Ibnu Khajar SE MSi, Dr Tri Wikaningrum SE MSi, dan Dr Budhi Cahyono SE MSi.
Menurut Anggraeni, indikator dari MACa adalah reaksi penuh keyakinan, kompetensi kreasi cepat, kesungguhan menanggapi perubahan secara efektif, pantang menyerah dalam menghadapi perubahan, merespon perubahan secara konsisten, dan menyesuaikan perubahan secara bersama. Sedangkan indikator dari inter-firm cooperation adalah tingkat kerja sama dengan pelanggan dan klien, pemasok, dan institusi sejenis.
“Semakin baik jaringan kerja sama dengan lembaga perantara yang dibangun akan mendukung MACa. Kerja sama dengan institusi perantara ini menunjukkan kemampuan organisasi dalam beradaptasi. Sehingga jaringan kerja sama dengan institusi yang dibangun dengan baik akan mendukung terciptanya MACa,” ujar Kepala Satuan Pengawas Internal Internal di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang ini.
Anggraeni berpendapat, pada setiap situasi sulit, organisasi akan mengupayakan solusi terbaik agar tetap bertahan, tumbuh, dan berkembang. Demikian pula dengan organisasi rumah sakit. Organisasi yang memiliki kemampuan beradaptasi kuat akan mempersiapkan perencanaan terbaik untuk menghadapi masa depannya.
MACa yang dimiliki organisasi, demikian pegiat Satupena Jawa Tengah ini, akan meningkatkan kualitas perencanaan. Indikator dari kualitas perencanaan meliputi kejelasan tujuan, aturan dan strategi, keterlibatan, responsibility, tingkat penerapan strategi serta inovasi organisasi.
Anggraeni menuturkan, ketika organisasi berada pada posisi sulit karena perubahan-perubahan yang terjadi, ia dituntut untuk menyesuaikan diri. MACa akan meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja organisasi memiliki indikator kinerja keuangan debt to equity ratio, kinerja pemasaran berupa waktu tunggu rata-rata, kinerja internal proses bisnis, kinerja pembelajaran dan pertumbuhan berupa persentase anggaran yang digunakan untuk pembelian teknologi baru, serta kinerja syariah yaitu jumlah distribusi dana kebajikan dan ZIS.
Fadjar Setyo Anggraeni lahir di Magelang, 31 Desember 1971. Sebelumnya ia menempuh pendidikan SDN Wates Magelang, SMPN 1 Magelang, SMAN 2 Magelang, D3 AKA Wikajasa Semarang, S1 Fakultas Ekonomi Undip, dan Magister Akuntansi Undip. Istri Swasta Pratama SE MM serta ibu dari Sabdagusti Pamedar Hening dan Ciptogusti Silasakti ini selain aktif di kepengurusan Dewan Pengurus Nasional Forum Dosen Ekonomi Bisnis Islam juga giat sebagai Pembina Aktivis Peneleh Regional Semarang.
Ketua Umum Satupena Jawa Tengah, Gunoto Saparie yang juga hadir saat ujian terbuka promosi doktor itu menyatakan selamat dan sukses atas keberhasilan Anggraeni menyelesaikan studi doktoralnya tersebut.
Disertasi Anggraeni layak dipuji karena ada eksplorasi kekayaan khazanah Islam untuk diterapkan dalam ilmu manajemen modern. Boleh dikatakan ada upaya mensinergikan ajaran Islam dengan ilmu manajemen yang selama bersumber dari literatur Barat.
“Saya kira ada perspektif baru dalam disertasi Anggraeni. Kegelisahan sejumlah ekonom terjawab oleh disertasinya yang mengembangkan pendekatan sinergi antara ajaran Islam dengan ilmu manajemen,” katanya.(dj)