MERCUSUAR.CO, Tegal – Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi atau kebudayaan unik. Salah satunya budaya kitiran di desa Carul Kabupaten Tegal.
Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1950 yang merupakan warisan pada zaman Belanda. Kitiran merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat desa Carul dengan membawa kitiran dan dipasang di sebuah pohon.
Di pohon tersebut warga melakukan doa bersama. Setelah itu keliling desa dengan bersholawat dan melakukan azan sebanyak empat kali di beberapa titik.
Sejarah Tradisi Kitiran Desa Carul
Daftar isi
Diceritakan sejarah singkat terkait tradisi Kitiran khas desa Caru ini sudah ada sejak zaman penjajahan yaitu tahun 1944-1945 silam.
Saat itu terdapat tokoh masyarakat atau lurah desa Carul bernama Munasir yang lebih dikenal dengan sebutan Kaki Ormat, membuka lahan pertanian di wilayah Cendana dan Paguyangan.
Saat itu, warga desa Carul tengah mengalami masa-masa yang sangat sulit, dimana masyarakatnya banyak yang mengalami kelaparan terutama anak-anak.
Dalam kondisi tersebut, Kaki Ormat memerintahkan kepada masyarakat untuk membuat sebuah kitiran dengan tujuan untuk menghibur anak-anak agar tidak menangis karena merasa kelaparan.
Kemudian warga Desa Carul membuat tiga jenis kitiran yang masing-masing memiliki makna atau arti berbeda yakni ada Kitiran Biasa, Kitiran Angkrog, dan Kitiran Sundari. Ketiganya memiliki makna atau arti masing-masing.
Makna 3 Kitiran
Kitiran Biasa
Kitiran Biasa, pertama kali dibuat lurah Munasir pada tahun 1944-1945 dari ukuran sedang sampai besar.
Bahan baku pembuatan kitiran tersebut dari kayu kalak atau kayu khusus yang terdapat di Gunung Janggiri.
Tujuan membuat kitiran ini, untuk menghibur anak-anak yang kelaparan agar tidak menangis.
Kitiran Angkrog
Kitiran Angkrog, menurut Bukhori dibuat oleh mbah Marsyad. Kitiran ini dibuat di sebuah sawah watu kasur. Kitiran Angkrog ini bentuknya berbeda dengan kitiran biasa.
Kitiran ini memiliki ekor (Togoran) namun ada bentuk orang-orangan di bagian belakangnya. Apabila kitiran berputar, orang-orangan tersebut akan maju mundur.
Tujuan membuat kitiran Angkrog ini sebagai alat pelindung dari gangguan makhluk jahat.
Kitiran Sundari
Kitiran Sundari bentuknya sama seperti kitiran biasa, namun terdapat perbedaan. Kitiran sundari diberi warna hitam dan putih, kemudian terdapat seruling yang menghasilkan suara merdu saat tertiup angin.
Kitiran sundari dibuat untuk mengelabui para roh halus agar tidak mengganggu warga desa Carul.
Hingga saat ini warga desa Carul masih sering membuat kitiran. Masyarakat juga menikmati suara yang dihasilkan dari kitiran di saat siang, sore dan malam hari atau di saat angin sedang kencang.