Tarian Sakral Bedaya Ketawang Di Jumenengan Karaton Solo

IMG 20220302 WA0079

Mercusuar.co, Solo – Tinggalan Dalem, Jumenengan  Pakubuwono (PB) XIII ke-18 atau, kenaikan tahta karaton solo berlangsung sakral,  yang di tandai tarian bedaya ketawang, yang menandai kenaikan pangkat putra  mahkota  dan menjadi penerus PB XIV.
 
Keraton Kasunanan Surakarta  Hadiningrat menggelar upacara peringatan kenaikan tahta raja  atau Tinggalan Dalem Jumenengan Pakubuwono (PB) XIII KE-18, acara sakral  yang  bertempat di Pendopo Sasana  Sewaka Komplek  Keraton Solo.
 
Nampak hadir beberapa pejabat  negara  dan tamu undangan  Radja  Nusantara serta  abdi ndalem,  ratusan badi dalem nampak mematuhi aturan adat  karaton solo dengan  laku dodok  berjalan jongkok saat  memasuki  Sasono  Sewaka.
 
Sementara  Itu, Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta  KGPH Dipokusumo menjelaskan  untuk pengangkatan  Putra Mahkota yang  menjadi penerus radja menjadi  moment  penting, dalam jumenengan  tersebut, gelar yang di berikan Putra  Mahkota  berupa  Narendra  Ing  Mataram  yang di sematkan dalam  pin logo Mataram, KGPAA Suryo Aryo Mustiko atau KGPAA Purbaya yang di gadang   bakal menjadi penerus Pakubuwono  Ke  XIV.

“Putra Dalem (raja) yang lahir dari prameswari (permaisuri) Dalem yaitu KGPH Purbaya, dilantik menjadi Kanjeng Gusti Adipati Anom Sudibyo Rajaputra Narendra ing Mataram. Atau sebagai putra mahkota,” ungkapnya.
 
Dalam pengangkatan  tersebut di suguhkan  tarian  bedaya ketawang  yang  di ciptakan  sultan agung saat  memerintah mataram  1613-1645 yang saat melakukan  ritual semedi dan mendengar senandung dari  langit sehingga di ciptakan  tarian sakral  bedhaya ketawang.(dn)

Pos terkait