Svara Gangsa Tampil di Festival Anak Desa 2025, Tampil Sebagai Gong Pada Putaran Hari Ke Dua

WhatsApp Image 2025 10 12 at 17.08.19 dca9e54c

Mercusuar.co, Purbalingga – Kelompok musik Svara Gangsa tampil menggelegar di panggung pementasan Festival Anak Desa 2025 di Desa Slinga, Kecamatan Kaligondang, Sabtu (11/10/2025) malam. Penampilannya menutup rangkaian acara Festival Anak Desa tersebut pada putaran hari ke dua.

“Ini hari ke dua Festival Anak Desa 2025. Acara berlangsung sejak siang tadi dan ditutup dengan penampilan Svara Gangsa,” ungkap Sulung, selaku panitia Festival Anak Desa 2025 usai pementasan.

Ia menjelaskan, Festival Anak Desa 2025 merupakan pagelaran bertajuk seni budaya berbasis anak-anak tersebut dilaksanakan 3 hari berturut-turut, mulai hari Jum’at hingga Minggu (10-12/10/2025). Sedang untuk kali ke 5 tersebut mengambil lokasi pagelaran di arena lokawisata alam Bendungan Slinga, kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga.

“Setiap tahun festival ini berpindah lokasi. Pertama dan kedua (2021/2022) di desa Pagerandong, ketiga di desa Arena, keempat di Umah Wayang (Selakambang), dan ini yang kelima di lokasi Bendungan Slinga,” jelasnya.

Svara Gangsa

Svara Gangsa merupakan performa baru kelopak musik yang mengusung etnik modern, membangun genree musik yang berbeda dari genree musik yang telah ada. Bukan rock, bukan jazz, bukan pop, bukan swing, bukan bozas, bukan country, bukan regae, juga bukan campursari, dangdut, koplo, gending, kroncong, calung, apalagi kentongan.

“Ya itu Svara Gangsa. Musik Svara Gangsa kami garap dengan irama Svara Gangsa. Walau alat musiknya tetap seperti alat musik biasanya. Ada drum, guitar, bas, organ, kendang, Demung, Saron, Gambang, dan Bonang,” ujar Imam Budi Santoso, selaku pentolan lahirnya Svara Gangsa.

Namun begitu, Imam Budi Santoso selaku aranger musik Svara Gangsa tetap mengakui Svara Gangsa lahir dengan berbagai referensi kelompok musik yang pernah ada. Sebagaimana Quoetnika (Djaduk Ferianto), Kyai Kanjeng (Emha Ainun Najib) atau Kyai Ganjur (Sastrou Ngatawi).

“Svara Gangsa ya Svara Gangsa, bukan Quoetnika, bukan Kyai Kanjeng, juga bukan Kyai Ganjur. Kami mencoba keluar dari kepengruhan mereka,” tegas Jaduk Ferianto-nya Purbalingga, Imam Budi Santoso.

Yang jelas, menurut seniman musik alumni Unes ini, Svara Gangsa lahir dari sebuah kegelisahan tentang kondisi blantika musik lokal yang cenderung lari ke atas panggung hajatan, rilis cover, membajak irama, rok jadi dangdut, dangdut jadi koplo, pop jadi alternatif dan sebagainya.

Svara Gangsa mencoba mencoba idealis, menghindar dari konsep pesanan dan kepentingan. Semua aransemen dilakukan bersama Lintang dan Sulung (Umah Wayang). Keduanya merupakan pelaku seni dengan basik skil musik tradisional. Sedang Imam sendiri all round, mampu memainkan alat musik apa saja, modern maupun tradisional.

Kolaborasi ini yang menjadikan Svara Gangsa nampak unik dan berbeda dengan kelompok musik lainnya. Walau ada beberapa lagu yang syairnya terasa tidak asing di telinga khalayak, seperti lagi Sue Ora Jamu dan Gundul Pacul. Namun cara mengaransemen kedua lagu anak-anak tersebut sangat ekstrim dan rancak.

Pada closing acara Festival Anak Desa 2025 di hari kedua, Svara Gangsa melalui lantunan dari vokalis gaek, Roro Suhartini atau yang akrab dipanggil bunda Roro oleh personil Svara Gangsa, 5 lagu melesat kilat tanpa jeda. Kelima lagu tersebut yakni Suwe Ora Jamu, Ati Segara, Music, Open Your Heart, dan Gundul Pacul.

Malam makin larut, di tepian bendungan sungai Klawing, airnya yang jernih dan tenang, Svara Gangsa memaksa ratusan pengunjung Festival Anak Desa 2025 enggan beranjak pergi. Mereka masih betah dan penasaran dengan sajian Svara Gangsa yang unik dan belum pernah dinikmati sebelumnya. Mereka juga terpesona dengan penampilan vocalis Roro Suhartini yang pas dalam mengemas penampilan secara akrobatik, lincah, kemayu selaras dengan irama musiknya.

“Saat turun panggung, banyak anak muda yang minta tanda tangan. Ih geli rasanya,” seloroh Bunda Roro usai perform.

Svara Gangsa digawangi oleh Imam Budi Santoso tersebut memiliki 13 personil termasuk vokalis. Mereka diantaranya iyalah Nunu (Drum ), Hepi (Gitar), ipin (Bas), Imam (Keyboard), Sunu (Kendang) Sulung (Demung 1), Oji (.Demung 2), Masngud (Saron 1), Nanda (Saron), Lintang (Gambang), Lihun (Bonang), Roro Suhartini (Vokal) dan Ebini (Gerong).

Secara terpisah, Lihun, penggagas adanya festival tersebut mengatakan, setiap tahun banyak perubahan, baik lokasi, tema maupun konten yang ditampilkan. Namun, ide kecil yang digarap secara besar tersebut menurutnya, berpangku pada dana dan tenaga.

“Kegiatan ini bukan saja persoalan dana yang memaksa harus berkerut dahi, tapi juga Sola tenaga. Maka kesempatan ini panitia mencoba menggali relawan, folentier yang bisa diajak menghandle beberapa pekerjaan. Alhamdulillah, yang mendaftar justru di luar ekspektasi. Bahkan ada beberapa folentier yang tidak kebagian job,” ujar pendiri Umah Suwung, Kaligondang.

Sebagai informasi, kegiatan hari pertama, Jumat (10/10/2025) diantaranya: Karawitan Widji Gesang Budaya “Desa Arenan”, Pentas Loka Karya Gamelan Unperba, Abentrampil Karawitan 1 SMK YPLP Perwira 2 PBG “Sekaro”, Abentrampil, Karawitan 2 SMA N 1Purbalingga “Sekartaji”, Abentrampil Karawitan 3 SMA N 1 Padamara “Wangsapadma”, Abentrampil Karawitan 4 “Kelompok Pemuda seni Kie Art”, Abentrampil Karawitan 5 “Sanggar Jabank Tetuko”, Abentrampil Karawitan 6 “Sanggar Cinde Laras”, Abentrampil Karawitan 7 “Karawitan Widji Gesang”, Abentrampil Karawitan 8 “Sanggar Umah Wayang”, Abentrampil Karawitan 9 “Karawitan Purwakanthi”, Abentrampil Karawitan 10 “Sanggar Prawira Wiyata”, dan Penampil Lokal “Lintang Songo”

Hari kedua, Sabtu (11/10/2025).
Loyal Heart, Tumpang Sari, Workshop Ecoponding “Rumah BUMN”, Launching Buku Menulis Desa “Selakambang”,Drummer Sehat, Kayana, Pemutaran Film Dokumenter Desa Slinga, The Credible, Pertunjukan Wayang Kleang Ft Seniman Ghaib, Tabuh Singmoni, dan Svara Gangsa

Hari ketiga, (12/10/2025).
Kupon Kepung, Workshop Bross Tembaga “Apik Pernik”, MI Islamiyah Slinga “Tari Angguk”, MI Muhammadiyah Majatengah “Tari Semut”, MI Muhammadiyah Majatengah “Tari Gebyar”, Sanggar Wingayuseni “Tari Lengplang”, Sanggar Tari Mutiara “Tari Dongklak”, Sanggar Tari Mutiara “Tari Kembang Goyang”, Baruna Loka ” Tari Lilin”, Baruna Loka ” Tari Kupu-kupu”, Baruna Loka “tari Jubata Bamua”, Reksan Ancala “Tari Jogja x Kalamangsa”, Reksan Ancala “Tari Ngerong”, Sanggar Tari Balia DNB “Tari Candik Ayu”, Sanggar Tari Balia DNB “Tari molek”, Sanggar Tari Balia DNB “Tari Carana Nuswantara”, Sanggar, Sekar Periang “Tari Ulo-uloan”, Sanggar Sekar Periang “Tari Oglek”, Sanggar Sekar Periang “Tari Kalang Sunda”, Sanggar Seni Larasati “Tari Krek”, Sanggar Seni Larasati “Tari Capat Cipipit”, Sanggar Seni Larasati “Tari Laku Urip”, Sanggar Kembar Arum “Tari Hanastari”, Sanggar Kembar Arum “Tari Geol Denok”, Sanggar Kembar Arum “Tari Gugur Gunung”, Sanggar Grahita Sembrani “Tari Ronggeng Nyentrik”, Sanggar Grahita Sembrani “Tari Ronggeng Kala daru, Sanggar Grahita Sembrani “Tari Megot”, Soedirman ART “Tari Eling Eling Banyumasan”, Soedirman ART “Tari Gado-gado Semarangan”, Soedirman ART “Tari Lengger Nyai”, Rumah Kreatif Wadas Kelir “Tari Tirta Kasarasan”, dan Flashmob “Desa Menari”.(Angga)

Pos terkait