Anggota DPRD Provinsi Jateng Tolak Keras Eksploitasi Gunung Lawu, Khawatir Rusak Alam dan “Mahkota” Spiritual Tanah Jawa

WhatsApp Image 2025 10 13 at 05.01.50 3e549e22

MERCUSUAR.CO, Karanganyar – Rencana pemerintah pusat untuk meloloskan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) atau Geotermal di wilayah gunung lawu, tepatnya di Kecamatan Jenawi, mendapat penolakan keras dari wakil rakyat. Anggota DPRD Provinsi Asrar, S.E secara tegas menentang rencana tersebut.

Penolakan politisi Partai Demokrat itu mengingatkan Gunung Lawu bukan sekadar tumpukan batu, melainkan pusat budaya, spiritual dan warisan leluhur jawa yang harus dijaga keutuhannya. Asrar mengungkapkan kekhawatirannya bahwa proyek Geotermal ini akan merusak ekosistem alam Lawu yang selama ini sudah sedemikian rupa terjaga. Namun, penolakan ini didasari alasan yang jauh lebih dalam, yaitu nilai historis, sosial, budaya dan spiritual yang melekat pada gunung lawu.

“Kami menolak keras rencana Geotermal di Lawu, terutama di wilayah Jenawi. Ini bukan hanya soal kerusakan alam yang akan ditimbulkan, tetapi soal sejarah panjang sosial budaya dan spiritual tanah jawa,” ujar Asrar yang menjabat sebagai anggota Komisi C DPRD Provinsi Jawa Tengah itu.

Proyek dari Kementerian ESDM itu juga menjadi ancaman terhadap candi dan warisan budaya yang ada di Gunung Lawu. Sebagai wakil rakyat yang berasal dari wilayah Karanganyar, Sragen dan Wonogiri, Asrar mengaku penolakan ini juga didorong oleh kekayaan warisan budaya di lereng Lawu sisi Karanganyar.

Sebab di Kecamatan Tawangmangu, Ngargoyoso dan Jenawi terdapat banyak sekali artefak maupun candi yang berdiri kokoh. Seperti candi Sukuh dan candi Cetho yang merupakan candi hindu bercorak punden berundak ini dipercaya berasal dari akhir masa Majapahit.

“Pembangunan proyek besar di gunung Lawu berisiko mengganggu situs-situs bersejarah seperti candi Sukuh dan candi Cetho, yang orientasinya menghadap ke puncak Lawu sebagai wujud penghormatan, ” ulasanya.

Lawu kata Asrar merupakan “pusaka” spiritual yang mengikat pada sejarah dan tradisi. “Eksploitasi alam di kawasan sakral hanya akan merusak interaksi harmonis antara manusia, alam, dan warisan leluhur. Adanya sejarah panjang sosial, budaya dan spiritual ini diharapkan pemerintah pusat dapat mempertimbangkan kembali rencana proyek Geotermal tersebut, ” tutupnya. (hrs)

Pos terkait